.webp)
Denda tersebut akan diberikan jika eksportir terbukti tidak menyimpan DHE SDA pada rekening khusus di perbankan dalam negeri. Apakah langkah tersebut efektif?
"Iya cukup efektif, yang sekarang terjadi secara jumlah sudah dilakukan tapi secara waktu belum," kata Peneliti dari Institute For Development Of Economics And Finance (INDEF) Eko Listiyanto saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Jumat (5/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko mengungkakan, DHE SDA selama ini tidak menetap lama di tanah air dikarenakan para eksportir memanfaatkannya sebagai modal untuk mengimpor bahan baku untuk produksi barang yang nantinya diekspor.
Sehingga, tidak banyak DHE SDA yang menetap lama di instrumen keuangan tanah air. Padahal, devisa tersebut sangat bagus untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Oleh karena iu, Eko menilai kebijakan sanksi berupa denda terhadap eksportir yang tidak membawa pulang devisa hasil ekspornya harus didukung.
"Kalau kemudian ada denda yaitu memang menurut saya sepakat walaupun nanti ada implikasi," ujar dia.
Apalagi, lanjut Eko, pemerintah melalui peraturan barunya itu memberikan insentif berupa pemotongan pajak penghasilan (PPh) atas bunga deposito, Besaran tarif pajak ditentukan dari durasi waktu penyimpanan.
Adapun aturan tersebut tertuang dalam PMK Nomor 98/PMK.04/2019 yang merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam.
"Ini cukup menarik tawarannya untuk menempatkan uangnya di bank, sehingga punya kontribusi terhadap nilai tukar," ungkap dia.
Tonton Video Perihal Ekspor, Ini Saran Jitu Pengusaha ke Jokowi:
 |
(hek/dna)
