"Di samping itu, penggunaan alsintan juga mampu memenuhi kelangkaan tenaga kerja dan mendorong generasi muda untuk terjun langsung ke sektor pertanian," ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Ketut Kariyasa dalam keterangannya, Minggu (7/7/2019).
Menurut Kariyasa, hingga saat ini pemerintah sudah mendistribusikan lebih dari 400 ribu unit alsintan ke seluruh pelosok daerah. Jumlah ini bahkan meningkat 500% jika dibandingkan tahun sebelumnya dan terbesar sepanjang sejarah pertanian Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, modernisasi dilakukan sebagai persiapan menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. Kariyasa juga mengatakan bahwa modernisasi pertanian ini terbukti mampu menghemat biaya produksi dan mempercepat proses produksi hingga meningkatkan produktivitas lahan.
"Sebagai contoh, penggunaan traktor roda 2 dan roda 4 mampu menghemat penggunaan tenaga kerja dari 20 orang menjadi 3 orang per hektar. Belum lagi biaya pengolahan lahan turun sekitar 28%," katanya.
Selain itu, ada juga penggunaan rice transplanter yang mampu menghemat tenaga tanam dari 19 orang menjadi 7 orang per hektar. Selanjutnya pola ini dapat menurunkan biaya tanam hingga 35% serta mempercepat waktu tanam menjadi 6 jam per hektar.
Ada juga penggunaan combined harvester yang bisa menghemat tenaga kerja dari 40 orang menjadi 7 orang. Lebih dari itu, alsintan juga bisa menekan biaya panen hingga 30% dan menekan kehilangan hasil menjadi 2%.
"Dari sisi ekonomi, alsintan mampu memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga petani hingga mencapai 80% dari Rp 10,2 juta menjadi Rp 18,6 juta per hektar tiap musim," katanya.
Menurut Kariyasa, membaiknya produktivitas ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja yang digunakan pada sektor pertanian semakin produktif apalagi mekanisasi yang ada mampu menghasilkan output yang semakin besar.
Meski demikian, kata dia, semua capaian ini tidak terlepas dari upaya semua pihak dalam mendukung program terobosan dan kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) yang tepat sasaran.
"Saat ini kami juga terus mendorong petani untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian terkini, seperti penggunaan benih varietas unggul baru, perbaikan manajemen pemupukan dan pengairan, maupun teknologi panen dan pasca panen," pungkas Kariyasa.
Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga menjelaskan bahwa Kementan dalam 4,5 tahun terakhir secara aktif melakukan upaya modernisasi pertanian dengan pengembangan teknologi pertanian.
Mulai dari perbenihan, cara tanam, perhitungan pola tanam berbasis IT, hingga mekanisasi. Penanaman dan panen komoditas utama seperti padi dan jagung secara khusus dikembangkan dengan memanfaatkan mekanisasi alsintan modern.
Kuntoro juga mengatakan bahwa mekanisasi pertanian yang telah dilakukan dinilai telah mampu meningkatkan pendapatan petani meskipun harga yang diterima petani menurun atau deflasi akibat produksi melimpah.
Namun, karena tambahan penghematan biaya dan kenaikan produksi akibat mekanisasi mampu mengkonpensasi turunnya harga yang diterima petani sehingga tidak berdampak terhadap turunnya Nilai Tukar Petani (NTP).
(ega/dna)











































