-
Neraca perdagangan Indonesia periode Juni 2019 tercatat surplus US$ 200 juta. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut surplus ini terjadi karena nilai ekspor pada Juni 2019 tercatat US$ 11,78 miliar dan impor US$ 11,58 miliar.
BPS menyebut penurunan impor pada produk konsumsi turut mempengaruhi surplusnya neraca perdagangan Indonesia periode Juni 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kondisi tersebut harus dilihat secara menyeluruh.
Surplus terjadi karena ekspor Juni sebesar US$ 11,78 miliar sedangkan impor US$ 11,58 miliar. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menilai kondisi tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor musiman maupun memang terjadi tren surplus.
"Kita lihat nanti keseluruhan tahun saja ya, tiap tahun kan kita lihat ada yang sifatnya berpengaruh dari musiman, ada juga yang sifatnya adalah tren," kata dia di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Pada intinya, terkait neraca perdagangan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh kementerian/lembaga (K/L) bekerja secara optimal untuk menggenjot ekspor.
"Yang paling penting presiden tetap meminta kepada setiap menteri bersungguh-sungguh dalam menangani masalah neraca perdagangan ini. Artinya ekspor harus terus digenjot," jelasnya.
Kementerian Keuangan memegang peran dalam mendorong ekspor dari sisi perpajakan. Kebijakan itu bakal mempengaruhi geliat ekspor.
"Bagi kami di kementerian keuangan berarti kita bicara tentang perpajakan, pajak, bea cukai dan peraturan-peraturan lain yang mungkin mempengaruhi kinerja ekspor, kita akan terus menerus bekerja sama dengan instansi lain dalam mendukung ekspor dan menciptakan industri dalam negeri yang lebih kuat," tambahnya.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan akan mengecek sektor migas.
"Iya lah, bulan lalu juga kan, memang tapi saya belum lihat angkanya, terutama migasnya seperti apa, saya cuma dengar totalnya surplus sedikit," katanya di Kementerian Koordinator Perekonomian Jakarta, Senin (15/7/2019).
Sektor migas menjadi perhatian pemerintah. Sebab, kata Darmin, memberi dampak pada neraca perdagangan.
"Artinya, kalau bulan lalu non migas juga surplus, dan dia surplusnya lebih gede dari defisit migas. Ini juga kaya gitu. Cuma saya mau lihat migasnya berapa, kalau bulan lalu US$ 2 miliar," ujarnya.
Patut diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia mengalami penurunan sepanjang Juni 2019. Impor turun US$ 2,95 miliar menjadi US$ 11,58 miliar pada Juni 2019.
"Tapi nilai impor US$ 11,58 miliar (yoy) masih alami peningkatan 2,8%. Pergerakan nilai impor hampir mirip," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Dia bilang impor migas tercatat turun cukup dalam hingga 20,55%. Begitu pula dengan impor konsumsi yang turun 33,57%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia turun US$ 2,95 miliar sepanjang Juni 2019 dibanding Mei 2019. Impor pada bulan Juni tercatat sebesar US$ 11,58 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan hampir semua komoditas impor mengalami penurunan. Impor migas tercatat yang paling dalam di antaranya.
"Kita mengalami penurunan yang cukup dalam pada impor migas. Ada penurunan yang cukup dalam sebesar 20,55%. Tapi nilai impor secara year on year (yoy) masih alami peningkatan 2,8%," katanya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Impor bahan baku turun 17,78% secara month to month. Sedangkan barang modal tercatat turun 25,53%.
"HP tanpa baterai alami penurunan yang signifikan. Biasanya impor dari Hong Kong dan Tiongkok," jelasnya.
Berdasarkan negaranya, impor dari China tercatat turun paling dalam. Impor dari China tercatat turun US$ 1,04 miliar. Kemudian disusul Malaysia yang turun US$ 190 juta, dan Brasil yang turun US$ 177 juta.
Sementara impor dari Jepang, Australia dan Singapura tercatat meningkat sepanjang Juni 2019. Impor dari Jepang meningkat US$ 82,8 juta, dari Australia meningkat US$ 67,9 juta, dan dari Singapura bertambah US$ 36,5 juta lebih banyak dari bulan sebelumnya.
Adapun pada Juni, impor paling utama dari China di antaranya handphone tanpa baterai dan notebook komputer. Sedangkan dari Jepang yang impornya meningkat, komoditas yang diimpor seperti berbagai suku cadang truk Mitsubishi.