Mengatasi Masalah Infrastruktur NTT Lewat Dana Desa

Mengatasi Masalah Infrastruktur NTT Lewat Dana Desa

Nurcholis Maarif - detikFinance
Selasa, 23 Jul 2019 17:25 WIB
Foto: Kemendes PDTT
Jakarta - Pemerintah terus menggenjot pembangunan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain infrastruktur, Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo, kolaborasi lintas sektor diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pengembangan ekonomi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Kita juga berikan dana desa selama lima tahun ini lebih dari Rp 7,5 triliun ke desa. Kita harapkan dana desa bisa membantu infrastruktur di NTT dan sama-sama berpartisipasi dalam pengawalan dana desa," ujar Eko dalam keterangannya, Selasa (23/7/2019).

Eko mengatakan bahwa NTT memiliki karakteristik alam yang keras yang sebagian wilayahnya susah air, kering, dan kekurangan infrastruktur sehingga aktifitas ekonomi kurang efisien. Sejak pemerintahan Joko Widodo, di NTT sudah dibangun tujuh bendungan yang akhirnya memperbaiki sektor pertanian sehingga pendapatan masyarakat meningkat. Adanya dana desa juga turut membantu pembangunan infrastruktur di NTT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lanjut Eko, pembangunan NTT dapat dilakukan dengan melibatkan dunia usaha dan perbankan dengan konsep klaster ekonomi pertanian dan pariwisata terintegrasi. Misalnya NTT yang memiliki potensi sebagai penghasil garam nasional. Saat ini, NTT sedang mengembangkan tambak-tambak garam dan harusnya mengajak partisipasi dan kerja sama dengan swasta, masyarakat, komunitas, hingga pemerintah daerah.


"Buat klaster ekonomi di desa-desa. Kemendes PDTT punya program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades). Dengan model Prukades banyak membuka peluang kewirausahaan. Juga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa mengelola pariwisata. Kita sama-sama bangun NTT," ujar Eko.

Melalui program-program ini, Eko berharap bisa memformulasikan satu bisnis model berdasarkan masukan dari semua stakeholder. Selain itu, tentunya bisnis model ini juga harus cocok dengan aspirasi masyarakat NTT.

Sementara itu, Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengatakan NTT memiliki sumber daya alam yang melimpah. Menurutnya, potensi ini dapat dikembangkan sebagai sektor pariwisata.

"NTT punya pariwisata luar biasa. Untuk sejahtera kita mulai dengan pariwisata karena pariwisata membuat mata rantai ekonomi masyarakat. Pariwisata berbicara tentang aksesibilitas, listrik, air minum, rumah layak huni, dan ini masih kurang di NTT," ujar Josef.

Josef juga mengatakan adanya dana desa sebesar Rp 3,3 triliun di NTT turut membantu dalam hal aksesibilitas dan pembangunan infrastruktur. Menurutnya, dana ini juga memicu awareness masyarakat dan menjadi poin utama untuk pengembangan pariwisata.

"Bangun secara inklusif, mengentaskan kemiskinan tak perlu niru dari luar tapi dari kemampuan masyarakat itu sendiri. Kami mengirim anak-anak muda kami untuk belajar ke luar negeri dan saat kembali lagi jadi wirausaha-wirausaha muda, mereka bisa mengembangkan pariwisata. Untuk peningkatan kualitas SDM, kami menargetkan 100 taman baca di desa-desa dan target akan membuat 22 desa model," ucap Josef.


Seorang pemudi NTT, Meybi Agnesya Lomanledo, mengatakan telah melihat potensi kelor yang ada di NTT dan bisa jadi bisnis model bagi masyarakat. Menurutnya, kelor memiliki manfaat untuk mengurangi stunting karena kandungan nutrisinya. Ia juga telah mendirikan sekolah lapangan kelor sejak dua tahun lalu.

"Saya buat sekolah lapangan kelor sehingga masyarakat bisa memaksimalkan yang ada dari budidaya kelor sampai pasca panen. Bisnis modelnya kami buat kebun kecil saja tapi untuk mengedukasi petani, kami yang punya teknologi, kami yang beli hasil bumi dari petani, ini merupakan gerakan sosial dan edukasi," jelas Meybi.

Pemudi NTT lainnya, Aleta Baun, berharap pembangungan NTT ke depannya bisa inklusif dan melibatkan partisipasi masyarakat. Menurutnya, semangat membangun berbasis dari kampung atau desa adalah semangat pemberdayaan. Adapun dalam tataran teknis, Aleta mengatakan perlunya untuk membangun bisnis model yang fokus dan terintegasi. Kolaborasi dengan berbagai pihak salah satu cara kreatif untuk proses pembangunan di NTT.

"Pemberdayaan komunitas, pembangunan dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang ada di kampung, pemerintah, NGO dan akademisi, pembangunan yang saling menopang antar stakeholder. Mereka (masyarakat NTT) kaya dengan SDA, mereka tidak miskin. Bagaimana meningkatkan pendampingannya, walaupun programnya kecil tapi sesuai kebutuhan masyarakat," ucap Aleta.

Informasi lainnya dari Kemendes PDTT bisa dilihat di sini.


(idr/idr)

Hide Ads