Dia menyebut, tingginya rasio defisit transaksi berjalan ini karena masih lambatnya pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini.
"Mengapa CAD nya sedikit lebih tinggi dari biasanya 2,9% sekarang 3%an, itu karena memang realisasi PDBnya rendah," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry optimistis akhir tahun defisit neraca transaksi berjalan ini bisa berada di kisaran 2,8%. "Proyeksi tahunan CAD masih tetap sama yaitu 2,5% sampai 3%, kami optimis masih ada di titik tengah 2,8%," imbuh dia.
Bank sentral memprediksi dalam lima tahun ke depan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan akan sekitar 2% dari PDB. Dia menyebutkan, jika CAD membaik maka pertumbuhan ekonomi pada 2024 juga diprediksi bisa menembus angka 6%. Kemudian pendapatan per kapita mencapai US$ 6.000 atau sekitar Rp 85 juta per tahun. Pada 2018 pendapatan per kapita sebesar US$ 3.927 atau sekitar Rp 56 juta per tahun.
Sebelumnya BI mencatat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal II 2019 sebesar US$ 8,4 miliar atau 3,04% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit ini melebar dari kuartal sebelumnya US$ 7 miliar atau 2,6% dari PDB maupun kuartal yang sama tahun lalu US$ 8 miliar atau 3% dari PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menjelaskan pelebaran ini terjadi karena faktor musiman repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.
(kil/hns)