Burung Love Bird merupakam species unggas yang berasal dari Afrika. Tubuhnya mungil dan warna bulunya beragam. Tahun 2010 silam, burung ini sempat booming. Harganya pun selangit.
Burung dengan warna hijau atau Green Fischeri bisa mencapai Rp 2 jutaan per ekor. Namun sekarang, harganya menurun drastis menjadi Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per ekor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, harganya bisa mencapai Rp 30 juta satu pasang, jantan dan betina. Namun sekarang, harganya berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta satu pasang.
"Harga burung love bird memang sedang turun," kata Acong Mardiono (41) salah satu peternak burung Love Bird di RT 2 RW 1 Desa Bandasari, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Senin (12/8/2019).
Acong tak menampik, merosotnya harga burung love bird memang sangat berimbas bagi para peternak. Mereka banyak yang gulung tikar. Hal ini setelah harga milet putih atau makanan pokok burung love bird naik. Dari mulai Rp 12 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp 20 ribu per kilogram di tingkat pengecer.
Pakan jenis milet ini bentuknya seperti biji kecil dan bukan berasal dari Indonesia. Kabarnya, makanan itu diimport dari luar negeri. Selain karena harga milet, merosotnya harga burung love bird juga disinyalir karena jumlah peternak semakin banyak. Sehingga jumlah burung melimpah di pasaran.
"Jumlah peternak memang banyak. Ada peternak kecil, menengah, dan peternak tingkat atas. Sedangkan yang gulung tikar, mayoritas peternak kecil," kata Acong.
Acong saat ini memiliki 57 pasang burung love bird. Jenisnya beragam. Menurut Acong, kendati harga burung cinta itu anjlog, tapi dirinya tidak pernah patah semangat. Bapak dari empat anak ini tetap berternak burung tersebut. Dia yakin, dalam waktu dekat, harga burung love bird bakal naik.
Harapan ini setelah munculnya berbagai spesies baru. Diantaranya, dun fallow, pale fallow, parblue, dan beberapa jenis lainnya. Dia membeberkan, harga dun fallow saat ini mencapai Rp 250 juta per ekor. Jenis burung itu masih langka.
"Di daerah Tegal baru satu orang yang punya jenis dun fallow. Rumahnya di Kota Tegal," kata anggota Komunitas Love Bird Indonesia (KLI) Cabang Tegal ini.
Acong mengakui, belakangan ini memang banyak kabar bahwa peminat burung love bird semakin berkurang. Padahal kabar itu salah. Saat ini justru permintaan burung love bird semakin meningkat. Terbukti, konsumen yang datang ke rumahnya, setiap hari selalu ada. Bahkan, Acong tak sanggup memenuhi permintaan dari konsumen.
"Saya kadang sampai kewalahan memenuhi permintaan konsumen. Jadi kalau menurut saya, burung love bird akan tetap eksis," ujarnya.
Dia menyarankan, bagi para peternak yang ingin tetap bertahan, maka harus selalu berinovasi. Artinya, peternak harus pandai menghasilkan warna burung yang jarang di pasaran. Sehingga bisa menjadi trend warna baru.
"Kita harus bisa melakukan kawin silang burung love bird. Sehingga warnanya bisa lebih baik, bukan warna sayur," tutupnya.
(hns/hns)