Biar Genggaman Asing di Surat Utang Bisa Longgar, Nih Solusinya

Biar Genggaman Asing di Surat Utang Bisa Longgar, Nih Solusinya

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 17 Agu 2019 16:20 WIB
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)BhimaYudhistira menilai perekonomian Indonesia masih semi terjajah. Hal itu karena surat berharga negara (SBN) alias surat utang pemerintah masih banyak dimiliki asing.

Pemerintah perlu mendorong minat masyarakat untuk membeli surat utang pemerintah. Menurut Bhima, salah satu caranya pemerintah perlu merangkul lebih banyak perusahaan fintech. Dengan fintech proses pembelian surat utang lebih mudah melalui telepon genggam.

Millenial ini tak bisa dipandang sebelah mata. Bhima menyebut jumlah mereka sekarang ada sekitar 90 juta orang. Tentu cara-cara konvensional tak akan dilirik oleh mereka.

"Sebenarnya sudah ada teknologinya tapi belum masif bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan fintech, misalnya untuk menawarkan surat utang, masih sedikit kerja sama dengan perusahaan teknologi," kata Bhima kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).


Menurut dia ke depannya kerja sama dengan perusahaan teknologi di bidang keuangan ini perlu lebih masih dilakukan pemerintah

"Harus dimaksimalkan karena sekarang milenial ini sudah nggak bertransaksi secara fisik, jarang datang ke bank, mulai mengurangi kunjungan ke bank, dan mereka untuk membeli instrumen investasi sekarang melalui gadget," jelasnya.

Bahkan tak hanya sebatas fintech, Bhima menilai pemerintah perlu bekerja sama juga dengan perusahaan e-commerce maupun platform online lainnya.

"Makanya pemerintah juga harus kerja sama dengan perusahaan fintech, e-commerce ya, bahkan sangat mungkin dengan platform-platform digital lainnya untuk menjual surat utang," tambahnya.

Berdasarkan catatan detikFinance, arus modal asing yang masuk ke pasar SBN rupiah terus bertambah. Data terakhir menunjukkan kepemilikan asing di SBN rupiah mencapai Rp 1.000,39 triliun. Jumlah itu bahkan sudah lebih tinggi dari posisi 2 Juli sebesar Rp 991 triliun. Kepemilikan asing sendiri saat ini sudah mencapai sekitar 40% dari profil SBN yang sudah diterbitkan.




(toy/fdl)

Hide Ads