Ruginya Kerja dari Rumah: Malas dan Nggak Fokus

Lipsus Kerja dari Rumah

Ruginya Kerja dari Rumah: Malas dan Nggak Fokus

Herdi Alif Alhikam - detikFinance
Minggu, 25 Agu 2019 19:00 WIB
Foto: Tim Infografis Denny
Jakarta - Kerja tanpa ke kantor sudah menjadi hal lumrah bagi beberapa orang. Kini beberapa pekerjaan bisa bebas dikerjakan di manapun tanpa harus pergi ke kantor.

Sepintas, kalau dilihat bekerja tanpa kantor identik dengan bebas dan santai. Menarik untuk disimak, apa sih keluh kesah para pekerja tanpa kantor ini?

Teti Purwanti seorang penulis freelance mengatakan sebagai ibu rumah tangga yang merangkap diri sebagai penulis lepas, keluh kesahnya sering datang saat menyeimbangkan diri sebagai ibu rumah tangga dan penulis. Mulai dari diajak main anak saat dikejar deadline, hingga pekerjaan rumahan yang terbengkalai lengkap dialami Teti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata Teti, waktu menulis terbaiknya adalah saat anaknya sedang istirahat ataupun tertidur. Namun, namanya anak kecil kalau lagi rewel dia merasa sedikit kesulitan untuk melakukan pekerjaannya. Namun menurutnya, itu adalah konsekuensi yang diambilnya sebagai ibu rumah tangga yang juga bekerja dari rumah.


"Kadang kalau anak aku rewel aku bisa sama sekali nggak nulis seharian. Misal dia sakit gitu udah aku mending ngalah mending izin sama klienku, kebanyakan kan teman juga ya yang ngorder, 'gue nggak nulis dulu ya hari ini anak gue sakit nih, besok jatah artikel nggak apa deh ditambah'," kata Teti.

Anak dan suaminya pun sering meledeknya kalau sedang sibuk-sibuknya bekerja di rumah. Meskipun begitu, menurut penuturan Teti suaminya yang juga berprofesi sebagai wartawan paham dengan pekerjaannya. Kalau suaminya libur, dia meminta suaminya menggantikannya bermain dengan anaknya.

"Ya paling kayak kalau lagi banyak kerjaan gitu anak sama suami suka kompakan gitu 'nulis mulu, main dong'," kata Teti.



Lucunya, Teti mengaku saat sedang memasak, masakannya seringkali gosong karena ditinggal menulis. Saat asyik menulis tiba-tiba katanya bau gosong.

"Masakan yang gosong itu kerap terjadi memang," ungkapnya sambil tertawa.

Beda lagi dengan Ezra Syahdian, ilustrator asal Depok ini mengaku keluhan terbesarnya adalah rasa malasnya sendiri. Karena bekerja di rumah, rasa malas kerap kali muncul, belum lagi kalau sedang jenuh-jenuhnya bekerja.

"Keluhannya itu pas lagi jenuh nggak ada kawan buat ngobrol sih, kan jadi malas. Nah yang menghambat buat gua itu dari internal diri sendiri, yaitu rasa malas. Malas adalah hambatan terbesar untuk maju," kata Ezra.



Ezra juga mengaku sering ditegur ibunya karena sistem kerjanya yang tidak sehat, yang membuat Ezra harus terjaga setiap malam penuh.

"Kalau kata emak gua sebenernya kagak sehat sih pola hidup kayak gini. Makanya, gua kalau bisa pengen buat asuransi kesehatan soalnya untuk menciptakan sebuah design yang baik tubuh kita juga harus sehat," ungkap Ezra.

Lain lagi cerita Martha Karafir, wanita yang berprofesi sebagai peneliti di salah satu lembaga non profit di Papua ini mengatakan bahwa kerja tanpa kantor rasanya bagaikan tidak selesai-selesai. Setiap saat menurutnya, bagaikan kekurangan waktu, ada saja yang mesti dikerjakan.

"Karena waktu fleksibel gini, ya gitu banyak kerjaan yang mesti dilakukan di luar jam kerja, begadang kerja malam sering, kadang karena fleksibel gini juga aku weekend juga suka kerja sih, meski kerja laporan gitu ya tapi kan juga makan waktu," ungkap Martha.

Belum lagi kalau ada gangguan saat sedang mengerjakan suatu laporan. Misalnya, suatu hari Martha sedang menggarap laporan untuk kantornya, tiba-tiba ada panggilan meeting, maka pekerjaan yang sedang dilakukannya mesti ditunda dahulu.

"Jadi kayak kekurangan waktu aja gitu, nggak enaknya lagi kita nggak bisa serius, ada aja gangguannya. Sering tuh aku lagi ngerjain laporan tahu-tahu ada panggilan meeting kerjaan yang tadi ditunda dulu deh padahal belum selesai," kata Martha.


(zlf/zlf)

Hide Ads