Mantan Petani Rumput Laut Gantung Harapan ke Wisata Pantai Lokonamon

ADVERTISEMENT

Mantan Petani Rumput Laut Gantung Harapan ke Wisata Pantai Lokonamon

Moch Prima Fauzi - detikFinance
Selasa, 17 Sep 2019 10:55 WIB
Foto: Moch Prima Fauzi/detikcom
Rote Ndao - Pantai Lokonamon jadi magnet wisata di Desa Daiaman, Kecamatan Landuleko, Kabupaten Rote Ndao. Meski jalan menuju lokasi masih belum sepenuhnya aspal, namun keindahan laut dan tebing-tebingnya mampu menghipnotis mata untuk tak berkedip.

Di Pantai Lokonamon yang disebut juga Mulut Seribu, wisatawan bisa menyusuri teluk dengan menyewa perahu nelayan setempat. Sebab, selain menjadi tempat wisata, kawasan ini pun menjadi mata pencarian nelayan setempat untuk mencari ikan dan menanam rumput laut.

Kendati begitu, aktivitas petani rumput laut kabarnya sempat terganggu oleh pencemaran minyak yang berasal dari laut Australia. Salah satu yang dialami adalah Herlofin Ferroh (44).


Ia mengaku karena berkurangnya produksi rumput laut, akhirnya beralih usaha ke warung makan di dermaga Pantai Lokonamon.

"Buka warung baru 1 tahun. Setelah jembatan (dermaga) jadi, 3 bulan mama buka sini," ujarnya saat ditemui di warung miliknya, belum lama ini.

Ia berhenti menjadi petani rumput laut karena terus merugi. Harga jual yang turun juga menjadi penyebabnya. Dari modal Rp 6 ribu untuk bibit, ia pernah menjual hasilnya hanya Rp 1.000 per kg.

"Kalau sebelum 2009 karena pencemaran itu, masyarakat di sini bisa punya uang karena sesudah ikat (tanam) perkembangannya besar," kata Herlofin.

Meski demikian ia tak sepenuhnya meninggalkan usaha dari laut. Pekerjaan itu masih dilakoni sang suami yang berprofesi sebagai nelayan. Kadang juga ada wisatawan yang minta diantarkan berkeliling. Suaminya pula saat ini masih menanam rumput laut, meski dengan jumlah yang tak banyak.

Meski sudah tak menjadi petani rumput laut, Herlofin bersyukur bisa memiliki usaha lain. Ia membuka warung makan tak jauh dari dermaga Mulut Seribu. Aneka makanan dan minuman pun ia jajakan, mulai dari ayam hingga ikan dan minuman ringan.

Kawasan wisata ini ramai dikunjungi saat akhir pekan. Meski demikian ada saja yang memesan makanan dan minuman di hari-hari biasa. Pesanan biasanya datang dari acara rapat kantor-kantor di sekitar wilayah tersebut.


Untuk menjalankan usaha tersebut, Herlofin terbantu dengan adanya KUR Bank BRI yang menjangkau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Berkat bantuan ini dalam sebulan ia bisa mengantongi penghasilan yang cukup untuk keluarga. Herlofin juga sedang menguliahkan dua anaknya di Kupang.

"Kalau begitu (sebulan) bisa Rp 6 juta. Menurut Mama masih mendingan warung karena tidak perlu jauh-jauh. Tinggal tunggu saja yang penting siap kerja, pelanggan bisa makan," ujarnya.

detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!

Simak Video "Kisah Kancil, Disabilitas Tuna Rungu Yang Mampu Servis Kapal"
[Gambas:Video 20detik]
(prf/hns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT