Resesi dan Depresi Ekonomi, Apa Bedanya?

Resesi dan Depresi Ekonomi, Apa Bedanya?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 26 Sep 2019 18:00 WIB
Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Kondisi ekonomi saat ini sedang dilanda ketakutan akan adanya resesi. Secara garis besar, resesi dapat diartikan sebagai penurunan produk domestik bruto (PBD) atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi terakhir terjadi pada Desember 2007 hingga Juni 2009.

Disebut-sebut, bila resesi terjadi dalam jangka waktu yang lama, kondisi tersebut diistilahkan sebagai depresi ekonomi. Jadi selain resesi ekonomi, ada juga istilah depresi ekonomi. Kemudian apa bedanya antara resesi dan depresi?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebenarnya tidak ada definisi standar tentang perbedaan antara resesi dengan depresi. Tapi, depresi ekonomi biasanya lebih parah dalam hal besarnya dan lamanya kontraksi ekonomi.

Mengutip Fortune, Kamis (26/9/2019), terdapat perbedaan yang jelas dalam penurunan PDB dan jangka waktu krisis antara resesi dengan depresi.

Dalam istilah resesi, penurunan PDB berada di kisaran -0,3% hingga -5,1%. Di Amerika Serikat contohnya, penurunan PBD paling parah (-5,1%) terjadi lebih dari sepuluh tahun lalu yaitu pada Desember 2007-Juni 2009. Untuk penurunan PBD paling rendah berada di -0,3% terjadi pada Maret 2001-November 2001.



Sedangkan dalam istilah depresi, penurunan PBD berada di kisaran -14,7% hingga -38,1%. Penurunan PBD teburuk (-38,1%) terjadi pada Januari 1920- Januari 1921. Untuk penurunan PBD paling rendah berada di -14,7% terjadi pada Januari 1910-Januari 1912. Secara sekilas, nampak bila penurunan PBD pada depresi ekonomi jauh lebih buruh dari pada resesi.

Selain perbedaan besar penurunan PBD, jangka waktu krisis juga menentukan perbedaan antara resesi dengan depresi. Pada resesi, jangka waktu/ lamanya krisis berlangsung selama 6-18 bulan. Sedangkan untuk depresi, lamanya krisis berlangsung antara 18-43 bulan. Dengan kata lain, depresi ekonomi merupakan kondisi yang jauh lebih parah dari resesi.




(zlf/zlf)

Hide Ads