Putus Kerja Sama, Pengamat Saran Garuda-Sriwijaya 'Balikan'

Putus Kerja Sama, Pengamat Saran Garuda-Sriwijaya 'Balikan'

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 30 Sep 2019 22:05 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Kerja sama antara Garuda dan Sriwijaya Air semakin kusut hingga berujung putus. Menanggapi hal tersebut, pengamat penerbangan Alvin Lie mengimbau agar kedua maskapai tersebut 'balikan'.

"Kalau saran saya kedua belah pihak mungkin kalau sekarang untuk bertemu langsung sudah sama-sama tegang kali ya. Maka perlu ada mediasi yang dipimpin pihak ketiga yang sama-sama dihormati kedua belah pihak. Untuk mengingatkan kembali dulu awal-awal 'pacaran' seperti apa sampai 'jadian' kan," kata Alvin ketika dihubungi detikcom, Senin (30/9/2019).

Menurut Alvin, kerja sama ini perlu dilanjutkan karena sangat menguntungkan keduanya, baik Garuda maupun Sriwijaya Air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kerja sama ini saya melihat sama-sama menguntungkan, menguntungkan Garuda juga menguntungkan Sriwijaya. Dengan Sriwijaya bergabung ke Garuda, Garuda juga mampu mengimbangi Lion dari jumlah pesawatnya, jumlah rutenya, dan sebagainya," terang Alvin.


Ia mengutarakan, sebagai perusahaan besar sudah seharusnya Garuda dan Sriwijaya Air memiliki penasihat legal yang bisa memberikan titik tengah untuk kedua belah pihak.

"Ini kan juga bukan perusahaan warungan pinggir jalan. Mestinya sebelum menjalin kerja sama kedua belah pihak punya penasihat-penasihat legal juga kan. Saya sih berharap permasalahan ini kan sebetulnya permasalahan bisnis, cobalah dibahas baik-baik antara pihak Sriwijaya dengan pihak Garuda dalam hal ini sebetulnya kan kerja samanya dengan Citilink," papar dia.

Menurut Alvin, ketegangan antara dua maskapai ini diindikasikan sebagai kesalahan dalam berkomunikasi.

"Dugaan saya ada komunikasi yang kurang lancar, informasi yang kurang lengkap atau jelas kepada kedua belah pihak sehingga muncul lah dugaan-dugaan, prasangka-prasangka itu dan ujung-ujungnya menjadi sengketa. Padahal awalnya kerja sama tak ada masalah kan? Nah ini kenapa hanya bertahan satu tahun?" imbuhnya.

Sebagai informasi, Sriwijaya Air direkomendasikan untuk menyetop operasionalnya. Namun, rekomendasi itu tidak digubris, dan perusahaan tetap menjalankan operasionalnya.

Rekomendasi ini bermula ketika anak usaha Garuda Indonesia, GMF Aero Asia menghentikan layanan perawatan (maintenance) pesawat Sriwijaya Air.


Hal itu membuat Sriwijaya Air dianggap tak memenuhi standar keamanan. Rekomendasi pun muncul setelah dilakukan pengawasan dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPU), Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Direktur Operasi Capt. Fadjar Semiarto menjelaskan, GMF Aero Asia sudah memutuskan pelayanan sejak 25 September 2019. Alasannya lantaran perusahaan sudah menunggak pembayaran hingga Rp 800 miliar.


(dna/dna)

Hide Ads