Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya mengatakan, batik impor biasanya berasal dari China dan India.
"(Batik impor) biasanya sih (dari) China ya, China dan India," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Batik impor menang di harga yang lebih murah. Tapi dari sisi kualitas kalah dengan buatan lokal. Hanya kalangan tertentu yang memilih batik impor karena alasan harga.
"Iya (batik impor) kalau harga lebih murah, kalau kualitasnya kan jelek. Kalau orang biasanya dalam membeli produk itu kalau yang memiliki kemampuan daya beli akan lebih memilih yang bagus dibandingkan dengan yang murahan gitu," jelasnya.
Menurutnya, peredaran batik impor semakin berkurang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan batik lokal.
"Kelihatannya sih batik impor sudah mulai berkurang ya. Karena kualitasnya nggak begitu bagus ya, dan masyarakat kita sudah mulai mengerti mana yang batik, mana yang tiruan batik, dan mana yang paduan tiruan batik," ujarnya.
Peran dunia usaha, menurutnya pun amat penting untuk mengedukasi masyarakat agar lebih mencintai produk lokal ketimbang impor. Selama kualitas batik lokal bisa dijaga, pihaknya tak khawatir bersaing dengan batik buatan China maupun India.
"Jadi saya pikir kami sih tidak merasa takut dengan adanya produk impor ya karena kualitasnya kurang sekali lah ya, dan kita terus menggiatkan, mempromosikan, mensosialisasikan bahwa ini yang batik ini yang bukan," tambahnya.
(toy/dna)