Batik Asal China dan India Masih 'Gentayangan' di RI

Batik Asal China dan India Masih 'Gentayangan' di RI

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 03 Okt 2019 07:12 WIB
1.

Batik Asal China dan India Masih 'Gentayangan' di RI

Batik Asal China dan India Masih Gentayangan di RI
Ilustrasi Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Batik adalah kerajinan asli Indonesia dan telah diakui UNESCO. Namun bukan berarti produk bercorak khas itu bebas dari persaingan dengan produk impor. Saat ini masih beredar batik impor dari luar yang beredar di pasaran dalam negeri.

Ketua Umum Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Komarudin Kudiya menyebutkan di mana saja biasanya batik impor ini beredar serta bagaimana produk tersebut masih marak di Indonesia.

Berikut informasi selengkapnya.
Komarudin Kudiya mengatakan, batik impor biasanya berasal dari China dan India.

"(Batik impor) biasanya sih (dari) China ya, China dan India," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).

Batik impor menang di harga yang lebih murah. Tapi dari sisi kualitas kalah dengan buatan lokal. Hanya kalangan tertentu yang memilih batik impor karena alasan harga, misalnya mereka yang daya belinya memang rendah.

Menurutnya, peredaran batik impor semakin berkurang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan batik lokal.

"Kelihatannya sih batik impor sudah mulai berkurang ya. Karena kualitasnya nggak begitu bagus ya, dan masyarakat kita sudah mulai mengerti mana yang batik, mana yang tiruan batik, dan mana yang paduan tiruan batik," ujarnya.

Peran dunia usaha, menurutnya pun amat penting untuk mengedukasi masyarakat agar lebih mencintai produk lokal ketimbang impor. Selama kualitas batik lokal bisa dijaga, pihaknya tak khawatir bersaing dengan batik buatan China maupun India.

Komarudin Kudiya mengungkapkan saat ini masih marak batik-batik tiruan dari China dan India. Batik-batik tersebut beredar di Jakarta, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah.

"Ada di grosir banyak, di Pasar Baru Bandung, Tanah Abang ada, kemudian di pasar-pasar grosir di daerah juga ada, misalnya di Pekalongan, di Beringharjo, itu ada tapi kualitasnya jelek sekali," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).

Namun pedagang-pedagang di pasar ini umumnya tidak tahu kalau batik yang mereka jual adalah impor. Pasalnya yang diimpor ini adalah dalam bentuk kain yang kemudian dijahitnya di Indonesia. Setelah jadi baru dijual ke pasaran.

"(Mereka) nggak tahu karena nggak ada label impornya, malah batik impor itu nanti konveksinya juga sebagian ada di kita (Indonesia) juga, orang-orang kita juga," jelasnya.

Dia menyebut, konveksi-konveksi kain batik impor ini tersebar di sejumlah daerah, mulai dari Pekalongan, Pemalang, hingga Majalaya di Bandung.

Nah, kain batik yang telah diimpor dari China hingga India itu dijahit di konveksi-konveksi berbiaya murah. Umumnya jasa untuk membuat satu pakaian dari kain batik impor itu berkisar Rp 5.000-Rp 10.000.

Komarudin Kudiya menilai bahwa sebenarnya pemerintah sudah memperketat pengawasan impor tekstil dan produk tekstil (TPT) bermotif menyerupai batik. Tapi importir gelap ini ada saja akalnya, misalnya dengan mencampur dengan barang-barang lain yang memang boleh diimpor.

"Jadi kadang-kadang mereka itu mencampur dengan produk apa gitu kan. Nah kalau ketahuan ya nggak boleh ya," kata dia saat dihubungi detikcom, Rabu (2/10/2019).

Berdasarkan penelusuran detikcom, pemerintah memperketat impor TPT bermotif batik melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 64/M-DAG/PER/8/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 85/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil.

"Indonesia juga melarang (impor batik) tapi yang tadi itu importir-importir yang gelap itu bisa saja masukkan produk-produknya," sebut dia.

Tapi dia tidak tahu identitas importir-importir nakal tersebut. Pihaknya hanya berharap pemerintah bisa menindak oknum tersebut.

"Harapannya ke pemerintah hendaknya harus membatasi termasuk yang importir-importir nakal tanpa dokumen gitu kan. Nah itu mestinya harus segera bagaimana caranya ya kan, dengan cara menutup jalur impor mereka gitu," jelasnya.

Hide Ads