Pascatsunami, Kafe di Pantai Aceh Ini Hasilkan Rp 15 Juta/Bulan

Pascatsunami, Kafe di Pantai Aceh Ini Hasilkan Rp 15 Juta/Bulan

Alfi Kholisdinuka - detikFinance
Jumat, 04 Okt 2019 19:30 WIB
Foto: Alfi Kholisdinuka
Aceh Besar - Cerita tentang pantai di Aceh memang tiada habisnya. Garis pantai yang panjang membentang dengan panorama yang mempesona membuat para wisatawan selalu betah. Salah satu pantai yang sering dikunjungi adalah Pantai Babah Kuala yang menjadi spot terbaik dalam menikmati sunset di ujung Pulau Sumatera ini.

Terletak di Desa Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Pantai Babah Kuala menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk menikmati keindahan sore hari. Apalagi hadirnya kafe atau kedai kopi di bibir pantai itu membuat wadah bagi para pencinta senja dan kopi.

Sang pemilik kedai kopi Aidil Adhari mengungkapkan hadirnya kedai kopi di bibir pantai ini, selain menjadi objek wisata juga sebagai salah satu sarana membangkitkan kembali semangat perekonomian warga di pesisir pantai pascatsunami.

"Saya pikir di desa ini semua berusaha bangkit kembali setelah tsunami ya. Jadi untuk meningkatkannya kita bikin inovasi dengan membuat cafe atau kedai kopi ini," katanya saat ditemui detikcom beberapa hari yang lalu.

Pascatsunami, Kafe di Pantai Aceh Ini Hasilkan Rp 15 Juta/BulanFoto: Alfi Kholisdinuka

Aidil mengingat betul saat tsunami menerjang nya 15 tahun lalu, banyak bangunan wisata yang hancur termasuk hilangnya mata pencaharian warga. Apalagi setelah organisasi non pemerintah pergi, menurutnya lapangan pekerjaan bagi warga setempat semakin kecil.

"Jadi saya pikir ini pemuda di sini harus punya pekerjaan kembali untuk menghidupi kebutuhan sehari-harinya," kata Aidil.

Bermodalkan pengalamannya dalam dunia kopi dan potensi kopi di Aceh yang begitu besar. Pada saat kondisi sudah mulai membaik, ia akhirnya bangkit memulai usaha kedai kopi tersebut di area sekitar pintu masuk pantai. Hingga akhirnya pada tahun 2018 ia memantapkan pindah di bibir pantai ini.

"Jadi saya sudah mulai usaha ini sejak tiga tahun lalu. Namun kalau kedai kopi ini baru berjalan satu tahun. Nah orang-orang yang kerja di sini itu saya libatkan warga sekitar," terangnya.

"Alasannya karena kawasan ini memang sumber ekonomi masyarakat desa di sini ya setelah tsunami. Karena daerah wisata dan masyarakat di sini semua pegiat wisata jadi ekonominya tumbuh hanya dari wisata ini," imbuhnya.

Aidil menyebutkan antusiasme pengunjung terhadap adanya cafe di pesisir ini sangat luar biasa. Hal itu juga berdampak pada meningkatnya penghasilan yang didapat per bulan. Disebutkannya ia bisa meraup keuntungan bersih hingga puluhan juta rupiah.

"Kalau untuk omzet hari ini ya bagus lah, karena saya lihat antusias pengunjung luar biasa karena ada sunset jadi sekitar omzet per bulan itu saya bisa dapat net bersihnya Rp 15 juta, itu sudah bayar gaji, sudah semua hal lain per bulannya bersih," ungkapnya.

"Jadi ini sangat bagus bagi keluarga saya bagi anak dan bagi warga sekitar juga. Kebetulan istri saya juga ada di sini mengelola restorannya, jadi setelah ada kedai kopi saya coba buka restoran, jadi istri saya yang mengelola restoran, karena kita lihat omzetnya bagus gitu, antusias pengujung juga bagus," tambahnya

Hingga kini jumlah pekerja di kedai kopi Aidil mencapai 10 orang. Pada saat akhir pekan jumlah pekerja pun bisa bertambah seiring banyaknya wisatawan yang berkunjung. Sehingga ia berharap, pemerintah setempat dapat kembali memaksimalkan kembali potensi pantai ini hingga bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi warga setempat.

"Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah setempat yang telah membantu mengelola wisata ini, terutama kepala desa saya, yang telah sangat peduli sehingga hari ini sudah terkelola dengan baik. Harapan saya ke depan, desa atau pemerintah desa bisa lebih mengembangkan lagi tempat wisata yang ada di Mon Ikeun ini. Sehingga ini bisa jadi sumber ekonomi pendapatan desa dan bermanfaat bagi warga," tandasnya.

Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT silahkan klik di sini.





(mul/mpr)

Hide Ads