Investasi yang Cocok untuk Generasi Milenial

Investasi yang Cocok untuk Generasi Milenial

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 06 Okt 2019 09:30 WIB
1.

Investasi yang Cocok untuk Generasi Milenial

Investasi yang Cocok untuk Generasi Milenial
Jakarta - Investasi jadi salah satu hal yang penting untuk masa depan. Generasi milenial juga harus memiliki investasi untuk bekal simpanan di hari kemudian.

Mulai dari investasi di produk keuangan seperti reksa dana sampai investasi emas. Lalu kira-kira apa yang cocok dan harus diperhatikan generasi milenial jika ingin berinvestasi?

Berikut berita selengkapnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan generasi milenial saat ini lebih cocok untuk berinvestasi dibandingkan menabung. Hal ini karena investasi memiliki keuntungan yang lebih baik dibandingkan sekadar menabung di bank.

"Kalau dilihat dari imbal hasil menabung bunganya hanya 5% per tahun, belum lagi dikurangi inflasi 3,2%. Ini artinya rata-rata hanya dapat keuntungan 1,8%," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/10/2019).

Dia menyampaikan, sedangkan untuk investasi, bisa di surat utang pemerintah misalnya. Generasi milenial bisa mendapatkan imbal hasil mulai dari 6-7%. Kemudian saham, jika sedang kondusif keuntungan bisa mencapai 8%. Ini bisa lebih menguntungkan, menurut Bhima.

Kemudian, alternatif lain adalah investasi di emas batangan yang saat ini harganya makin kinclong.

"Dalam setahun emas itu naik di atas 25%. Emas batangan adalah aset likuid, kalau butuh mendadak untuk jalan-jalan atau memenuhi kebutuhan tinggal dijual atau digadaikan," ujar Bhima.

Saat ini memang banyak produk investasi yang menyasar generasi milenial sebagai pembelinya. Mulai dari saving bonds ritel (SBR), obligasi ritel negara (SBR) sampai dengan investasi emas yang bisa dicicil dengan harga yang terjangkau.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan untuk investor pemula, emas bisa jadi salah satu instrumen yang cocok untuk generasi milenial.

Apalagi, saat ini membeli emas caranya sangat mudah. Hanya dengan aplikasi, generasi milenial sudah bisa punya emas.

"Alternatif investasinya ya emas, yang harganya makin bersinar, setahun naik di atas 25%," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/10/2019).

Dia mengatakan, emas merupakan aset likuid yang jika sewaktu-waktu dibutuhkan bisa dijual atau digadaikan untuk mendapatkan uang.

Menurut Bhima, jika milenial ingin berinvestasi emas, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat target ingin memiliki berapa gram emas dalam waktu tertentu.

"Bisa dihitung dulu berapa biaya cicilannya. Kemudian tentukan target misalnya dalam satu bulan harus punya 1 gram atau lebih," ujarnya.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan untuk investor pemula, emas bisa jadi salah satu instrumen yang cocok untuk generasi milenial.

Apalagi, saat ini membeli emas caranya sangat mudah. Hanya dengan aplikasi, generasi milenial sudah bisa punya emas.

"Alternatif investasinya ya emas, yang harganya makin bersinar, setahun naik di atas 25%," kata Bhima saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/10/2019).

Dia mengatakan, emas merupakan aset likuid yang jika sewaktu-waktu dibutuhkan bisa dijual atau digadaikan untuk mendapatkan uang.

Menurut Bhima, jika milenial ingin berinvestasi emas, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat target ingin memiliki berapa gram emas dalam waktu tertentu.

"Bisa dihitung dulu berapa biaya cicilannya. Kemudian tentukan target misalnya dalam satu bulan harus punya 1 gram atau lebih," ujarnya.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho mengungkapkan memang dalam berinvestasi, generasi milenial harus memiliki tujuan yang jelas.

"Dengan tujuan yang jelas dan tepat, calon investor bisa memperhitungkan risiko dan berapa jumlah uang yang akan diinvestasikan. Serta berapa besar proyeksi keuntungan nantinya," kata Andy saat dihubungi detikcom, Sabtu (5/10/2019).

Dia mengatakan, generasi milenial yang saat ini masih relatif muda, sebaiknya memberanikan diri untuk masuk ke investasi yang bertipikal agresif.

"Misalnya seperti reksa dana saham atau pasar saham. Karena untuk jangka panjang imbal hasilnya bisa lebih optimal," ujar dia.

Menurut dia, tak perlu takut untuk mulai berinvestasi di reksa dana. Untuk pegangan, calon investor juga harus gencar mencari informasi terkait produk tersebut. Hal ini untuk meminimalisir kerugian karena berinvestasi tanpa pemahaman yang kuat.

Dalam berinvestasi, dana yang disisihkan dari gaji atau pendapatan minimum 10%. Bisa lebih besar dari 10% atau disesuaikan dengan kemampuan dan target investasi.

"Investasi itu yang penting komitmen dan disiplin, karena untuk jangka panjang," ujarnya.

Andy mengatakan untuk investasi di reksa dana saat ini juga terbilang mudah. Ada marketplace yang menyediakan penjualan reksa dana dengan harga yang terjangkau.

"Produk reksa dana banyak yang dijual dengan mudah. Yang bahkan bisa lebih murah daripada untuk jajan atau makan bersama teman-teman," imbuh dia.

Misalnya Bukalapak kini memiliki BukaReksa yakni fitur untuk memperjualbelikan berbagai macam pilihan reksa dana. Dalam penjualan ini, Bukalapak menggandeng Bareksa dan sudah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kemudian Tokopedia juga memiliki Tokopedia ReksaDana. Di sini berinvestasi bisa dengan uang Rp 10.000 saja. Namun Tokopedia ReksaDana saat ini baru menawarkan 2 produk yakni Mandiri Pasar Uang Syariah Ekstra dan Syailendra Dana Kas dengan kisaran keuntungan 6%.

Hide Ads