Melansir dari CNBC Indonesia Selasa (8/10/2019), Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan bahwa barang 'Made in Germany' turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan tersebut lebih besar dibanding prediksi dari survei ekonom yang dilakukan Reuters. Berdasarkan survei ekonom tersebut, jumlah permintaan Jerman diprediksi hanya turun 0,3%. Sedangkan pada kenyataannya permintaan domestik turun hingga 0,6%, 0,3% lebih besar dari prediksi.
Seperti diketahui, Jerman yang merupakan penguasa ekonomi Eropa sudah mulai bersiap dengan risiko terburuk yaitu resesi. Kemungkinan bagi ekonomi Jerman untuk jatuh ke dalam resesi hampir mencapai 60%, menurut indeks bulanan yang oleh Macroeconomic Policy Institute (IMK).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks yang dihasilkan oleh badan riset ekonomi swasta itu menyebut risiko resesi Jerman telah naik menjadi 59,4%, dari 43% pada Agustus. Ini adalah proyeksi risiko resesi tertinggi bagi ekonomi terbesar Eropa itu sejak musim dingin 2012/2013.
Menanggapi hal tersebut, Ekonom VP Bank Group Thomas Gitzel mengatakan bahwa saat ini Jerman berada di tengah gelombang resesi. Oleh karenanya pemerintah Jerman telah diharapkan untuk memberikan stimulus ke dalam perekonomiannya.
"Ekonomi Jerman berada di tengah-tengah resesi. Data hari ini kembali membuatnya jelas. Pemerintah Jerman mungkin akan mendapat tekanan yang semakin besar untuk melepaskan kebijakan anggarannya yang ketat," kata Thomas Gitzel, Ekonom VP Bank Group, dikutip dari Reuters melalui CNBC Indonesia.
Berita ini sudah tayang di CNBC Indonesia dengan judul Jerman Sudah Resesi?
(zlf/zlf)