Cold storage ini dibangun dengan menelan biaya sebesar Rp 43 miliar melalui APBN Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun anggaran 2018-2019.
Cold storage 1.000 ton ini akan digunakan sebagai buffer stock untuk menampung ikan yang berasal dari sentra-sentra produksi. Nantinya, ketika musim panen, stok ikan yang melimpah tak akan terbuang dan siap jadi cadangan ketika musim paceklik.
"Cold storage itu nanti menyimpan ikan jadi kualitasnya terjaga dengan baik. Supaya masyarakat bisa sewa, nelayan bisa sewa, ikan bisa lebih lama ditampung," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam peresmian Cold Storage Penjaringan, Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Susi menjelaskan, idealnya di setiap provinsi dengan jarak dengan jarak per 300 kilometer (km) memiliki cold storage dengan kapasitas 5.000 ton untuk menjaga rantai pasok perikanan di Indonesia.
"Kualitas harus dijaga. Makanya cold storage harusnya ada di setiap Provinsi di Indonesia, tiap 300 kilometer paling tidak 5.000 ton kapasitas pendingin," tutur Susi.
Sebagai informasi, cold storage Penjaringan ini dibangun di atas lahan seluas 8.885 meter persegi dengan luas bangunan 5.619 meter persegi yang terdiri dari 2 lantai.
Adapun fasilitas di dalamnya terdiri dari 6 unit cold storage kapasitas 50 ton, 2 unit cold storage kapasitas 300 ton, dry storage, dan ruang packing.
Sentra Perikanan di Mimika
Sementara itu, Bupati Mimika Eltinus Omaleng mengungkapkan saat ini daerahnya juga sedang mengembangkan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT). Dia bilang, potensi sektor perikanan di daerahnya sangatlah tinggi.
"Kami juga membangun dermaga kapal. Kami juga membangun cold storage kapasitas 200 ton, ini bantuan dari kementerian. Sekarang bongkar muat memang sudah dilakukan di Timika, jadi kapal-kapal lain datang," katanya.
Namun, kata dia, aktivitas bongkar muat yang ada belum ditertibkan. Karena itu, kata Eltinus, Pemda telah membuat aturan agar bisa menertibkan aktivitas bongkar muat tersebut.
"Supaya kita bisa ketahuan tentang PAD kita. Jadi selama ini kan bongkar muat ada yang lewat sungai-sungai kecil. Jadi kami buat Perda harus satu pintu. Harus timbang lewat dermaga itu baru masuk," katanya.
"Dan juga selama ini kami belum bisa juga ke luar, ekspor. Ekspor langsung itu belum. Sehingga dengan adanya SKPT kami harap bisa mengikuti tempat-tempat lain. Sehingga peluang besar untuk Mimika," sambung dia.
Lebih lanjut Eltinus mengatakan, produksi dari SKPT tersebut saat ini mencapai lebih dari 20 ton. SKPT ini dinilai membuat sisi produksi mengalami peningkatan yang cukup drastis, yakni dari 4.907 ton di tahun 2016, meningkat menjadi 7.597 ton pada 2017, meningkat kembali menjadi 20.587 ton pada tahun 2018 dan sampai Agustus 2019 mencapai 12.666 ton dengan total nilai produksi sebesar Rp.172,9 miliar.
"Produksinya drastis. Dulu itu kapal sepi, sebelum diresmikan itu sepi hanya 1-2 kapal. Tapi setelah ada kerja sama dengan SKPT sekarang semua kapal di wilayah 718 hampir semua membongkar di Mimika. Karena dilihat dari sisi strategisnya Kabupaten Mimika dengan pelabuhannya, fasilitasnya, dan sebagainya," tutupnya.
Simak Video "Kawasan Muara Baru Jakut Diprediksi Tenggelam pada 2050"
[Gambas:Video 20detik]
(hns/hns)