Sejumlah pebisnis skin care lokal, memulai usaha karena pengalaman yang tak menyenangkan dengan kulit mereka. Hal tersebut justru menciptakan peluang-peluang usaha bagi milenial untuk meraup cuan.
Produk lokal ini juga menjadikan petani lokal sebagai pemasok bahan baku. Lalu apa saja keunggulannya? Berikut berita selengkapnya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produk kecantikan lokal peluangnya masih terbuka untuk memenangkan persaingan dengan produk impor," kata Piter.
Menurut dia, merek lokal bisa berinovasi baik dari sisi produk maupun dalam marketing sampai penetrasi pasar.
Dia mencontohkan, seperti Mustika Ratu dan Martha Tilaar sebagai produk perawatan kulit lokal yang mampu bersaing dengan keunikan tradisional. Kemudian juga ada Wardah dengan slogan halalnya.
"Saya kira, keunggulan produk ini yang harus dicari oleh produk lokal," jelas dia.
Misalnya Haple.id, merek skincare asal Jakarta yang menawarkan produk seperti pure Rose Water, face mist dan glow buster. Rose Water yang ada di Haple bisa digunakan sebagai setting spray, toner, facemist, hair mist sampai body mist. Produk yang digunakan pun vegan, animals, and cruelty free. Awalnya Keishia Lovelyta, pendiri Haple memiliki pengalaman yang kurang menyenangkan dengan produk skincare yang ia gunakan beberapa tahun lalu.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk membuat sendiri produk tersebut dan ia jual di pasaran. Responnya sangat positif dan Haple kini sudah memiliki ribuan pelanggan setia.
Selain Haple, Kencana Bodyworks yang didirikan oleh Dita Kencana di Malang juga berawal dari pengalaman pribadi. Sekitar tiga tahun lalu, kondisi kulit Dita sangat sensitif saat hamil kemudian setelah melahirkan dokter menyebut anak Dita terkena Dermatitis Atopik. Atas dasar inilah yang membuat Dita membuat perawatan tubuh untuk keuarganya dengan bahan alami.
Dengan sabun dan sampo alami buatannya, kondisi kulit anak Dita tidak pernah ruam dan bermasalah. Setelah cocok kemudian dia melempar ke pasaran dan pembelinya cocok dengan produk Kencana Bodyworks.
Dari Bogor, ada produk Ocean Fresh yang dibentuk oleh Linawati Hardjito, seorang profesor asal Instutut Pertanian Bogor (IPB) sebagai komitmen untuk memberdayakan masyarakat pesisir dengan memajukan industri pengolahan rumput laut.
Hingga kini, Ocean Fresh sudah memiliki store di Bandung, Jawa Barat dan memasarkan banyak produk mulai dari masker, sabun cuci muka, krim malam, krim siang, face exfoliator, minuman kolagen, sampo sampai hand and body.
Selanjutnya ada Klei and Clay yang didirikan oleh Diva, mantan model ini membuat produk perawatan kulit dari bahan alami karena dia sering menggunakan make up dan membuat kulitnya break out. Produk ini dibangun oleh Diva dari nol mulai dari formula sampai marketing dilakukan sendiri.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
PT Martina Berto Tbk didirikan pada 1977 oleh Martha Tilaar, Pranata Bernard (Alm) dan Theresia Harsini Setiady. Kemudian pada 1981, perusahaan mulai mendirikan pabrik modern yang pertama di Jalan Pulo Ayang No 3, Pulogadung Industrial Estate yang memproduksi kosmetik dan jamu dengan merek Sariayu Martha Tilaar untuk pertama kalinya.
Kemudian, pada tahun 1986, perusahaan mendirikan pabrik modern kedua di Jl. Pulo Kambing, Kawasan Industri Pulogadung (Pabrik Pulo Kambing). Karena pertumbuhan penjualan yang pesat, pada tahun 1995, perusahaan mengalihkan produksi herbal untuk Gunung Putri, Bogor.
Sementara pabrik Pulo Ayang ditransfer ke anak perusahaan, yaitu PT Cempaka Belkosindo Indah. Ini memproduksi kosmetik dengan merek Mirabella dan "Cempaka".
Pada tahun 2005, PT Cempaka Indah Belkosindo digabung dengan perusahaan sehingga merek Mirabella dan Cempaka juga dikombinasikan dengan produksi di pabrik Pulo Kambing.
Direktur Utama PT Martina Berto Tbk, Bryan Tilaar mengungkapkan saat ini perseroan mengekspor produk ke sejumlah negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Misalnya seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Timur Tengah.
"Titik berat kami memang masih di Asia Pasifik, tapi kami juga sambil melihat dan memantau pasar baru," kata Bryan kepada detikcom akhir pekan ini.
Dia menyebutkan untuk penjualan ekspor menyumbang 2% dari total bisnis perusahaan. Sedangkan 98% penjualan memang masih di Indonesia. Saat ini kontributor produk terbesar yang diekspor adalah Sariayu Martha Tilaar.
Dalam menjalankan bisnis, Martha Tilaar Group melalui unit bisnis yakni Martina Berto dan Cedefindo Contract Manufacturing berupaya memenuhi kebutuhan konsumen yang tersembunyi.
"Bagi kami, persaingan apapun di industri apapun termasuk di industri beauty personal care dan kosmetik selalu ada sepanjang zaman tinggal siapa pesaingnya dan bagaimana persaingannya," ujar Bryan.
Bryan mengungkapkan, untuk bersaing dan berhadapan dengan produk perawatan kecantikan asing, perseroan mempertahankan dan meningkatkan brand dan customer ekuitas atas produk yang dikelola. Kemudian juga dilakukan penjualan yang unik dan berbeda dengan produk lain.
"Misalnya, kita tekankan yang alami, aman, clean beauty dan halal secara satu kesatuan yang lengkap. Lalu juga warna-warna yang sesuai kebutuhan konsumen milenial," jelas dia.
Selain itu, perseroan juga memiliki innovation center. Yakni tempat untuk meriset dan mengeluarkan inovasi produk baru baik lewat formula baru, kemasan baru sampai rejuvenate product.
Untuk tahun 2019 misalnya, perseroan meluncurkan Sariayu Color Trend dengan Inspirasi Warna Indonesia yang sangat cocok dan pas dengan kebutuhan konsumen milenial.
"Kami juga melakukan promosi dan publikasi juga lewat sosial media secara sangat massif. Inovasi juga kami lakukan melalui produk-produk organik seperti Solusi Organic," ujarnya.
Mengutip laporan keuangan periode 30 Juni 2019 penjualan neto Martina Berto tercatat Rp 242,53 miliar dengan laba bruto Rp 105,47 miliar.
Sedangkan untuk periode keseluruhan tahun 2018, penjualan tercatat Rp 502,51 miliar. Dengan komposisi penjualan kosmetik Rp 414,27 miliar, jamu Rp 2,8 miliar dan lain-lain Rp 85,37 miliar.
Untuk laba bruto tercatat Rp 213,709 miliar. Dengan komposisi laba bruto dari penjualan kosmetik Rp 185,07 miliar, jamu Rp 1,3 miliar dan lain-lain 27,33 miliar.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Para pebisnis skincare lokal memiliki cara untuk bertahan dan mengembangkan produk di tengah ramainya pasar perawatan kulit di Indonesia. Para founder tak segan membagikan tips untuk detikers yang ingin memulai usaha skincare ini. Apa saja tipsnya?
Pendiri Haple, Keishia Lovelyta mengungkapkan untuk berbisnis harus memiliki niat awal yang baik agar berkah selalu datang. Misalnya, jangan berpikir untuk merugikan orang lain, menurut dia uang adalah hal yang penting namun bukan segalanya. Kemudian, jika membuka usaha harus dengan jujur dan jangan membanting harga.
"Hal itu memang membuat kita banyak uang secara instan, tapi tentu tidak akan bertahan lama, karena nggak original," ujar Keishia kepada detikcom.
Dalam berusaha, harus memiliki mental yang kuat dan inovatif karena kondisi pasar selalu berubah dengan cepat. Lalu juga harus diperhatikan dalam pembuatan brand value yang kuat dan positif seperti yang membuat pembeli ikut bangga dan cinta dengan produk yang kita buat.
Langkah selanjutnya adalah fokus dengan kepuasan pelanggan dan jangan banyak menjanjikan.
"Karena kalau produk kita memang bagus, mereka akan merasakan sendiri dan memberikan review, apalagi skin care itu kan cocok-cocokkan. Haple itu tidak pernah minta review, semua dari pembeli yang puas dan kita juga kasih produk sesuai dengan yang kita rasain, yang sudah kita tes sendiri," jelasnya.
Kemudian, relasi dengan pembeli juga harus sangat dijaga agar bisnis bisa bertahan lama. Contoh kecilnya adalah admin melayani dengan ramah agar pembeli senang dan tak segan memberikan ulasan positif. Setelah semua dilakukan, jangan pernah lupa mengurus izin dan paten merek. Hal ini untuk meminimalisir pencurian merk oleh orang lain.
CEO Ocean Fresh, Hamid Muktashim menjelaskan jika memulai usaha seperti bisnis skincare jangan hanya mengejar keuntungan semata. Tetapi juga harus memperhatikan aspek seperti kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, branding juga harus diperhatikan. Hal ini agar produk tak kalah dengan produk impor. Saat ini Ocean Fresh meyakinkan konsumen dengan berusaha menerapkan standar produksi, keamanan produk, sertifikasi halal dan quality control.
"Kami juga berusaha membuat branding yang prestisius yang tidak kalah dengan brand-brandimpor, kami juga selalu melakukan edukasi bahwa bahan-bahan alam Indonesia itu sangat kaya dan tidak kalah khasiatnya dari produk-produk impor. Selebihnya kami membiarkan produk yang berbicara, mempersilahkan konsumen mencoba dan membuktikan sendiri khasiat produk kami," jelas dia.
Pemilik Kencana Bodyworks, Dita Kencana mengungkapkan untuk memulai usaha harus dengan niat dan tujuan yang mulia. Hal ini karena usaha yang dijalani akan tetap bertahan jika moral value tersebut dijalankan.