VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan membenarkan hal tersebut. Pihaknya sudah mengandangkan atau melakukan grounded terhadap pesawat jenis tersebut yang retak dibagian sayap.
"Jadi kita sejak 5 Oktober lalu sudah grounded satu pesawat yang kita temukan ada crack, Nah itu sesuai tindaklanjut dari FAA sama Boeing," kata dia saat dihubungi detikcom, Jakarta, Selasa (15/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemeriksaan telah dilakukan terhadap 3 pesawat Garuda Indonesia yang sudah Flight Cycle Number (FCN) sebanyak 30 ribu kali. Hasilnya ada 1 pesawat yang mengalami crack atau retak.
"Nah pesawat yang dengan cycle 30 ribu itu memang secara umum pesawat yang sudah agak lama. Nah pesawat kita dengan cycle 30 ribu itu ada 3. Nah dari 3 itu kita cek hanya 1 yang ada temuan retak, ada bagian yang retak. Nah itu kita langsung grounded per 5 Oktober lalu," jelasnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Teknik Sriwijaya Air Romdani Ardali Adang mengatakan, pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737 NG dengan cycle di atas 30 ribu ada 5 unit. Dari hasil pemeriksaan terdapat 2 pesawat yang diketahui retak.
"Nah pesawat Sriwijaya ada 5 yang di atas 30 ribu cycle dan 2 ketemu ada crack di area (sayap) tersebut," ujarnya.
Setelah dievaluasi, pesawat tersebut rawan bila diterbangkan dan bisa menyebabkan sayap bermasalah pada saat terbang. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan maka pesawat dikandangkan dulu.
"Itu dilakukan pemeriksaan dalam waktu 7 hari. Kalau ketemu crack harus digrounded," tambahnya.
(toy/dna)