Namun, sampai saat ini hubungan yang melibatkan sektor ekonomi antara ketiga negara tersebut masih mengalami kendala. Karena itu, untuk dapat menggali potensi bisnis antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia, Kementerian Luar Negeri membuka forum bisnis Indonesia-Latin America and the Caribbean (INA-LAC). Fachir berharap forum ini dapat menjadi langkah besar untuk mengawali berbagai kerja sama ekonomi yang dapat terwujud antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia.
"Dengan demikian, kegiatan INA-LAC diharapkan dapat memberikan kesempatan emas bagi para peserta untuk membangun kerja sama ekonomi yang konkret dan memperluas jejaring bisnis melalui kegiatan business matching," kata Fachir dalam acara INA-LAC di JHL Solitaire Hotel Serpong, Selasa (15/10/2019).
Melihat kesempatan ini, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sebagai Special Mission Vehicles (SMV) LPEI melakukan sejumlah kajian untuk melihat adanya kemungkinan kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penetrasi kerja sama dengan berbagai negara baru potensial seperti Amerika Latin dan Karibia juga merupakan fokus LPEI dalam rangka memperluas pasar para eksportir Indonesia," kata Sinthya.
Artinya, lanjut Sinthya, masih terdapat potensi bisnis dan kerja sama ekonomi yang dapat ditingkatkan antara Indonesia dengan Amerika Latin dan Karibia. Tak hanya mengkaji peluang-peluang kerja sama, pada forum ini juga dilakukan penyerahan Nota Kesepahaman antara LPEI dan Banco De Comercia Exterior de Colombia S.A. (Bancoldex) oleh Duta Besar Kolombia untuk Indonesia kepada LPEI.
Adapun Bancoldex merupakan bank komersial asal salah satu negara Amerika Latin yaitu Kolombia yang juga memiliki fokus terhadap perdagangan internasional negaranya. Tujuan dari kerja sama ini adalah untuk memfasilitasi kegiatan perdagangan dan investasi di kedua negara.
Dalam kesempatan itu, Sinthya pun menyerahkan buku hasil kajian bertajuk 'Road to Latin America and The Caribbean' kepada Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri.
"Buku 'Road to Latin America and The Caribbean' ini dapat dijadikan panduan bagi para eksportir, akademisi, maupun pengamat karena di dalamnya terdapat kajian mengenai prospek ekonomi, tren usia produktif, biaya shipping, kebutuhan infrastruktur, risiko kawasan, serta transformasi digital serta berbagai pertimbangan lain dalam rangka menjajaki Amerika Latin dan Karibia," kata Sinthya.
Sinthya mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk mengkaji peluang ekspor ke berbagai kawasan baru yang dapat dijadikan negara tujuan bagi para eksportir Indonesia. Buku 'Road to Latin America and The Caribbean" ini dapat dijadikan panduan bagi para eksportir, akademisi, maupun pengamat karena di dalamnya terdapat kajian mengenai prospek ekonomi, tren usia produktif, biaya shipping, kebutuhan infrastruktur, risiko kawasan, serta transformasi digital serta berbagai pertimbangan lain dalam rangka menjajaki Amerika Latin dan Karibia.
Negara ekuator yakni Amerika Latin dan Karibia ini memiliki potensi besar dengan populasi 647 juta jiwa, dan produk domestik bruto (PDB) yang mencapai US$ 4,22 trilliun di tahun 2018. Total perdagangan di kawasan ini mencapai US$ 1,33 trilliun di tahun 2018, sedangkan total nilai perdagangan dengan Indonesia hanya mencapai 0,57% atau senilai US$ 7,6 miliar.
(akn/akn)