Namun, ada fakta menarik bahwa pinjaman China ke negara-negara lain, seringkali tertutupi dalam kerahasiaan. Jumlah utang sering dicurigai lebih tinggi dari jumlah yang tertera secara resmi, atau dengan kata lain banyak 'utang yang tersembunyi'.
Menurut Profesor Universitas Harvard Carmen Reinhart, kurangnya transparansi tersebut akan mempengaruhi investor yang ingin obligasi yang diterbitkan oleh negara-negara tersebut. Begitu juta dengan organisasi seperti Dana Moneter Internasional (IMF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reinhart mengatakan, sejak 2011 ada banyak pinjaman yang diambil negara-negara lain dari China yang perlu dinegosiasikan ulang. Negara-negara tersebut termasuk Sri Lanka, Ukraina, Venezuela, Ekuador, Bangladesh dan Kuba.
Meskipun statistik utang resmi dilacak oleh IMF dan Bank Dunia, tetapi itu hanya menangkap sekitar setengah dari pinjaman China untuk negara lain.
Dalam Pertemuan Musim Semi tahunan mereka pada bulan April lalu, IMF maupun Bank Dunia telah menyerukan agar lebih banyak transparansi tentang jumlah dan persyaratan pinjaman.
Menurut analis senior Asia di Verisk Maplecroft, Kaho Yu, situasi utang yang kurang dilaporkan itu bisa menjadi masalah. Meskipun pinjaman Beijing dapat membantu negara-negara berkembang, penumpukan utang yang tidak jelas akhirnya dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Meskipun China telah meyakinkan negara-negara berkembang bahwa biaya pinjaman akan ditanggung oleh proyek dalam jangka panjang setelah beroperasi, akan tetapi tidak ada jaminan yang diberikan.
Akibat hal itu, China telah dikritik karena membebani banyak negara dengan utang melalui program Belt and Road Initiative. Program itu adalah rencana investasi infrastruktur raksasa untuk membangun jalur kereta api, jalan, laut dan lainnya yang membentang dari China ke Asia Tengah, Afrika, dan Eropa.
Untuk diketahui, China bukanlah anggota yang disebut Paris Club atau sekelompok negara kreditor yang bertujuan untuk memperbaiki masalah utang negara lain. Sehingga pinjaman ke negara-negara itu diselimuti kerahasiaan.
Baca juga: Utang BUMN Melejit di Periode I Jokowi |
(eds/eds)