Dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (17/10/2019) Walaupun ULN swasta lebih besar dari ULN BUMN, namun tetap saja 25,89% ULN BUMN mengalami kenaikan dari sekitar 40% dari tahun sebelumnya. Sementara pertumbuhan ULN swasta hanya naik 9,3% year on year.
Berdasarkan laporan riset Moody's Investor, kenaikan ULN BUMN bisa berdampak pada tingkat utang yang mengkhawatirkan. Karena memiliki kemampuan manajemen utang implisit paling rendah dibandingkan dengan negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Utang Luar Negeri BUMN Naik 40% Setahun |
Hal ini terutama mengingat banyak perusahaan pelat merah di Tanah Air yang mengalami masalah terkait tingginya rasio utang, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Sebagai informasi, riset Moody's merangkum performa utang BUMN di 17 negara kawasan Asia Pasifik, kecuali China.
Lebih lanjut, jika menelusuri pertumbuhan utang BUMN, terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan BUMN yang menerbitkan obligasi, terlihat bahwa dalam 5 tahun terakhir, jumlah utang emiten BUMN melesat 66,39% dari Rp 2.966,37 triliun menjadi Rp 4.935,78 triliun.
Artikel asli dari berita ini bisa dilihat di CNBC Indonesia dengan judul dan tautan berikut: Periode I Jokowi, Utang BUMN Meningkat Pesat Lho
(zlf/zlf)