Sederet Ramalan Jakarta Tenggelam: Di 2020, 2030, hingga 2050

Sederet Ramalan Jakarta Tenggelam: Di 2020, 2030, hingga 2050

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Sabtu, 19 Okt 2019 17:20 WIB
Halaman ke 1 dari 2
1.

Sederet Ramalan Jakarta Tenggelam: Di 2020, 2030, hingga 2050

Sederet Ramalan Jakarta Tenggelam: Di 2020, 2030, hingga 2050
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Ramalan mengenai Jakarta Tenggelam telah banyak dibahas oleh berbagai pihak. Para ahli hingga politikus, presiden, dan media asing telah banyak mengupas mengenai isu tersebut.

Pencegahan risiko mengenai tenggelamnya Jakarta bahkan sudah mulai dibahas sejak era Presiden Soeharto. Pasalnya rencana pembangunan tanggul laut raksasa sudah direncanakan sejak 23 tahun yang lalu, yakni 1994 di era Presiden Soeharto dengan Gubernur DKI Jakarta Soerjadi Soedirdja.

Namun rencana pembangunan tanggul menguap seiring dengan kondisi stabilitas politik dan ekonomi yang terganggu di beberapa tahun setelahnya. Ramalan mengenai kapan Jakarta akan tenggelam sendiri bervariasi. Berdasarkan catatan detikcom, ada yang menyebut Jakarta mulai tenggelam di 2020, ada yang menyebutkan di 2030, dan ada pula yang mengatakan di 2050.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti apa pernyataannya?
2020

Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Hari Suprayogi mejelaskan, permukaan tanah Jakarta setiap tahunnya turun 2 cm sampai dengan 20 cm. Sementara rata-rata penurunannya mencapai 7,5 cm setiap tahunnya.

Atas perhitungan tersebut diperkirakan pada 2020 sekitar 90% wilayah Jakarta bisa terendam banjir.

"Itu karena rob atau banjir dari air laut karena penurunan permukaan tanah. Pada 1990 12% dari Jakarta itu menderita banjir. Kita ramalkan 2020 90% akan tenggelam apabila tidak ada penanganan," tuturnya di Cilincing, Jakarta, Selasa (15/8/2017).

2030

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pernah mengungkapkan Jakarta bisa tenggelam di tahun 2030. Hal itu disampaikannya saat meninjau pembangunan proyek tanggul pengamanan pantai paket 2 di Kalibaru Cilincing, Jakarta Utara tahun 2017 lalu.

Kepada Sandiaga Uno yang saat itu menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Bambang menyampaikan mengenai bahaya penurunan permukaan tanah di Jakarta Utara.

"Dengan bahaya tingkat penurunan permukaan tanah di Jakarta yang saat ini semakin meningkat, pada tahun 2030, kondisinya Jakarta akan terkena ancaman banjir dari laut di seluruh wilayah Jakarta Utara. Lalu ada juga potensi banjir yang datang dari gunung. Jadi dia akan terancam banjir besar dari dua arah, di mana Jakarta utara dan sebagian wilayah Jakarta Pusat akan terdampak," kata Bambang kepada Sandi, di dalam ruang rapat lokasi proyek di Kalibaru, Jakarta Utara, Jumat (8/12/2017).

2050

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada 2014 memperkirakan bila tak ada proyek giant sea wall atau tanggul laut 'Garuda Raksasa', sebagian wilayah DKI Jakarta akan tenggelam karena penurunan permukaan tanah. Berdasarkan perkiraan, Jakarta akan tenggelam pada 2050 atau bahkan bisa lebih cepat dari estimasi.

"Di Jakarta sekarang sudah 10-12 cm per tahun turunnya (permukaan tanah). 15 tahun ke depan ini artinya nggak lama lagi (Jakarta akan tenggelam). Hitung-hitungnya dengan kondisi sekarang tidak ada satupun sungai di Jakarta bisa mengalir karena turun 5-7 meter," kata Basuki Hadimuljono yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Senin (6/10/2014).

Berdasarkan dokumen masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN), wilayah DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara telah mengalami penurunan muka tanah pada laju yang mengejutkan, rata-rata 7,5 cm per tahun. Berdasarkan dokumen tersebut disebutkan tinggi permukaan laut akan mencapai 5 meter di atas permukaan jalan Jakarta pada 2050.

Hide Ads