Resesi Hong Kong apakah berdampak besar bagi perekonomian Indonesia?
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan resesi Hong Kong tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Piter menjelaskan, ekonomi Hong Kong akhirnya resesi akibat aktivitas demonstrasi yang begitu lama. Aksi tersebut mampu menghambat kinerja seperti ekspor yang menjadi salah satu penggerak roda ekonomi. Belum lagi ditambah dengan perlambatan ekonomi dunia.
Meski demikian, dampak terhadap ekonomi Indonesia tidak akan besar. Apalagi hubungan dagang antara Indonesia dengan Hong Kong pun tidak terlalu besar.
"Saya kira dampaknya minimal sekali ya, baik di perdagangan ekspor impor maupun dari sisi financial," ungkap dia.
Dapat diketahui, Menurut Paul, Hong Kong dirasa tidak mungkin mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan pada tahun ini. Melansir dari Reuters, Senin (28/10/2019), dia juga mengatakan bahwa akan sangat sulit bagi Hong Kong untuk mencapai perkiraan pemerintah (perhitungan sebelum adanya aksi demo) mengenai pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0%-1%.
Aksi protes di Hong Kong ini telah berlangsung selama kurang lebih 21 minggu. Pada hari Minggu kemarin, demonstran berpakaian hitam dan bertopeng membakar toko-toko dan melemparkan bom bensin ke polisi. Pihak polisi merespons dengan gas air mata, meriam air, dan peluru karet.
Para pengunjuk rasa secara rutin membakar halaman depan pertokoan dan bisnis termasuk bank, terutama yang dimiliki oleh perusahaan China daratan. Menyebabkan bisnis ritel dari mal perbelanjaan utama hingga bisnis keluarga, terpaksa tidak dapat beroperasi selama beberapa hari dalam beberapa bulan terakhir.
Demo yang berujung pada kerusuhan ini juga menyebabkan sektor pariwisata mengalami penurunan. Jumlah wisatawan yang mengunjungi Hong Kong terus mengalami penurunan hampir 50% pada Oktober ini.
(hek/das)