Dari analisa tersebut Jokowi mengharapkan bisa ditemukan di mana letak persoalannya dan segera diselesaikan.
"Berpuluh tahun kita menghadapi defisit neraca transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan yang tidak bisa kita tangani secara baik. Saya sudah sampaikan kepada menteri-menteri Kabinet Indonesia maju bahwa urusan impor, urusan ekspor harus kita lihat secara detail, secara rinci biar penyakitnya bisa kita diagnosa secara detail," tutur Jokowi saat pidato dalam acara HUT ke-8 Partai Nasdem, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin malam (11/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target Jokowi, masalah neraca dagang tekor ini bisa selesai dalam kurun waktu 3-4 tahun lagi.
"Saya meyakini apabila ada konsistensi yang terus menerus, saya yakin penyakit ini bisa kita selesaikan dalam waktu 3 sampai 4 tahun yang akan datang," kata Jokowi.
Lantas, apa saja yang akan dilakukan Jokowi demi menekan menyehatkan neraca dagang? Menurut Jokowi impor minyak dikurangi, sebaliknya produksi minyak dalam negeri ditingkatkan.
Kemudian menggenjot pembangunan kilang (refinery), produksi biodiesel 20% (B20), B30 sampai nanti B100.
"Impor minyak kurangi. Produksi migas di dalam negeri, tingkatkan. Refinery, bangun. Produksi B20, B30, sampai nanti b100, jalankan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia di September 2019 mengalami tekor alias defisit tipis, yaitu sebesar US$ 160 juta. Sepanjang Januari-September tahun ini pun neraca dagang masih tekor US$ 1,95 miliar.
"Defisit ini masih jauh lebih rendah. Defisitnya cenderung menipis," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019).
Tingginya impor dari China membuat neraca dagang RI dengan Negeri Tirai Bambu itu tekor paling besar. Nilai tekornya hingga US$ 13,9 miliar.
(hns/fdu)