Jakarta -
Masih banyak yang tidak tahu bahwa bisnis parkir punya potensi yang besar. Sebagian masyarakat masih memandang sebelah mata profesi tukang parkir. Padahal kantongnya tidak kalah tebal, bahkan bisa lebih tajir dari pekerjaan kantoran.
Potensi bisnisnya besar. Buktinya bisa membuat banyak pihak rebutan lahan parkir, bahkan sampai beradu fisik, baku hantam, hingga tawuran antar kelompok.
detikcom pun beberapa waktu lalu mendapat kesempatan menyambangi beberapa pengelola bisnis parkir, baik yang resmi maupu tidak resmi. Mulai dari yang di dalam gedung maupun yang berada di pinggir jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama PT Panca Karya Putra Griya Tama, Ganyong menyebut potensi parkir memang besar. Perusahaannya yang mengelola lahan parkir di salah satu pasar di Tangerang ini bisa mendulang cuan besar setiap bulan. Ganyong mengaku perusahaannya bisa meraup omzet Rp 3 juta tiap hari atau rata-rata Rp 90 juta sebulan.
Menurut Ganyong, lahan parkir yang dikelolanya ini mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp 3 juta setiap harinya atau Rp 90 juta setiap bulan. Hasil yang didapatnya ini bisa lebih besar jika sistem parkiran yang diterapkan lebih baik lagi.
"Kita di sini retribusi tarif parkirnya yang paling rendah, kita di flat, motor itu mau dua hari, satu jam, dia mau nitip motor tetap Rp 2.000, sama begitu pun mobil flat Rp 3.000, becak juga, becak Rp 1.000 perak itu pun yang bawa barang, kalau yang nggak bawa barang ya misi (permisi/gratis) aja," kata dia kepada
detikcom.
Dia melanjutkan bahwa ke depan sistem parkirannya akan lebih ditingkatkan dengan memasang gerbang agar lebih jelas masuk dan keluarnya kendaraan yang datang ke pasar. Yang penting adalah setiap kendaraan yang masuk dipastikan membayar retribusi.
Dengan memasang gate, dia pede bisa omzet meningkat jadi Rp 5-Rp 6 juta setiap harinya. Pasalnya, dengan sistem yang sudah ada saat ini dirinya mencatat bahwa pengendara yang tidak membayar retribusi hampir setengahnya dari yang membayar.
"Bisnis parkir itu menjanjikan, jangan lihat murahnya tapi kuantitasnya, makanya banyak orang yang gara-gara uang seribu pada bacok-bacokan, karena itu parkiran itu menjanjikan," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Pengelola Perparkiran Indonesia (PPPI ) Muhammad Fauzan menggambarkan besarnya potensi bisnis ini.
Contohnya satu lot lahan bisa diisi sampai tiga motor setiap hari. Sehingga, jika satu lahan parkir terdapat 10 lot parkir, maka dalam satu hari terdapat 30 motor yang parkir. Angka tersebut tinggal dijumlah dengan tarif yang diberlakukan. Menurut Fauzan, ada dua tarif yang boleh diberlakukan, tarif flat atau progresif.
"Hitungan tarif parkir itu masing-masing daerah berbeda-beda, karena payung hukumnya masing masing Pemda. Jadi kalau di DKI di pusat kota bisa sampai Rp 5.000 per jam untuk mobil, kalau pinggiran seperti Tangerang biasanya maksimal Rp 3.000," kata Fauzan.
"Jadi semua tergantung yang punya tempat mau progresif atau flat. Di peraturan daerahnya bilang progresifnya boleh, yang penting gak lewat batas atasnya," tambahnya.
Jika dihitung dari 10 lot parkiran motor, maka setiap hari akan ada 30 motor yang diparkir. Jika tarif yang diterapkan flat maka sehari bisa mendapatkan Rp 90.000 dengan tarif sebesar Rp 3.000. Pendapatan yang tinggi semakin tinggi jika tarif parkir yang diberlakukannya pun tinggi.
Selanjutnya, Chief Executive Officer (CEO) PT Integrated Service Solutions (ISS) Indonesia, Elisa Lumbantoruan menilai bahwa potensi bisnis parkiran di Indonesia masih besar bisa dilihat banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum.
Dia menyadari bahwa pemerintah saat ini sedang mempercepat pembangunan moda transportasi mulai dari darat, berbasis rel, lau, maupun udara agar daerah satu dengan yang lainnya terkoneksi dengan baik.
"Kalau selama orang masih menggunakan kendaraan pribadi maka bisnis parkiran itu bagus. Jadi untuk kondisi Indonesia terutama kota besar saya melihat 10 tahun ke depan masih bagus," jelas Elisa.
Halaman Selanjutnya
Halaman