Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menjelaskan larangan impor tersebut sebenarnya dimaksudkan untuk barang impor jenis tertentu. "Kalau dipersulit itu ya artinya kita harus selektif kalau mau impor, kita kan juga ada aturan. Kalau impor jangan sampai yang merugikan masyarakat," kata Agus saat berbincang dengan detikcom di Busan, Korea Selatan pekan lalu.
Dia mencontohkan setiap barang impor yang dikirim ke Indonesia harus mampu mengisi kekosongan yang ada di dalam negeri dan memperbaiki serta stabilisasi harga. "Contohnya, jangan impor beras saat petani di sini panen, ya bisa hancur dan bikin susah itu. Gambarannya seperti itu," jelas dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Cara Pemerintah Jualan Produk RI di Korsel |
Agus menjelaskan salah satu cara untuk menekan defisit neraca perdagangan adalah mendorong energi terbarukan agar digunakan di dalam negeri. "Defisit inikan terjadi karena impor terbesar adalah dari migas, karena itu pemerintah mendorong energi terbarukan serta memproduksi B30, B50 dan B100.
Sebelumnya Jokowi meminta para menterinya fokus membuat terobosan untuk menekan impor. Hal untuk membenahi defisit neraca perdagangan yanh disebabkan impor lebih besar dibandingkan ekspor.
"Dalam menekan defisit, saya mengingatkan lagi agar para menteri untuk berkonsentrasi pada langkah-langkah terobosan untuk mengurangi angka impor," kata Jokowi.
Dirinya menekankan bahwa fokus pemerintah ke depan adalah mengurangi sebanyak-banyaknya defisit neraca perdagangan. Di saat yang bersamaan, Indonesia harus mampu menciptakan surplus neraca perdagangan.
"Pada saat bersamaan kita bisa memperbesar surplus neraca dagang kita dengan menggenjot ekspor dan juga pengembangan sektor pariwisata yang mendatangkan devisa," jelasnya.
Impor BBM juga menjadi perhatian penting lantaran dianggap sebagai biang kerok defisit neraca perdagangan.
"Impor BBM yang menjadi penyumbang defisit terbesar. Oleh sebab itu, pembangunan kilang harus menjadi prioritas dan lifting produksi minyak di dalam negeri juga harus kita tingkatkan," terangnya.
(kil/zlf)