Melansir dari Reuters pada Senin (23/12/2019), kemenkeu China mengatakan bahwa mereka akan menerapkan tarif impor sementara pada lebih dari 850 produk. Perubahan tarif dibuat untuk meningkatkan impor di tengah ekonomi yang melambat akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Selain itu, penurunan tarif impor ini juga ditujukan untuk memenuhi stok permintaan terhadap suatu produk yang relatif kurang tersedia di China saat ini, seperti pasokan daging babi, alpukat, obat-obatan, hingga barang teknologi.
"Meningkatkan impor terhadap produk domestik yang relatif menghadapi kekurangan (pasokan) di dalam negeri, atau barang asing khusus untuk konsumsi sehari-hari," kata kementerian keuangan China dalam sebuah pernyataan di situs webnya, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Kementerian keuangan mengatakan bahwa tingkat tarif impor untuk daging babi beku akan dipotong menjadi 8% dari sebelumnya 12%. China berupaya untuk menutup celah pasokan yang besar setelah wabah demam babi Afrika merusak pasokan daging babi yang ada. Wabah demam babi Afrika yang mulai mewabah pada Agustus 2018 lalu telah mengurangi hampir separuh pasokan daging babi di China, membuat harga daging babi melonjak ke rekor tertinggi.
Sebelumnya, Beijing telah mengeluarkan serangkaian langkah untuk mendorong produksi babi, sembari meningkatkan impor berbagai daging guna memenuhi permintaan domestik. Dari Januari hingga November tahun ini, China tercatat telah mengimpor 1,733 juta ton daging babi. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 58% dibanding tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga Babi Meroket, Ekonomi Asia Goyah |
Selain daging babi, kementerian keuangan juga memangkas tarif impor Alpukat, menurunkan bea masuk menjadi 7% dari sebelumnya 30%. Tarif masuk untuk beberapa obat asma dan diabetes, dan bahan semikonduktor akan dipotong menjadi nol. Sementara untuk bea masuk produk teknologi, kemenkeu China akan memangkasnya mulai 1 Juli tahun depan.
Simak Video "Berkeliling ke Pasar Babi yang Populer di Singkawang"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)