"Kami mohon dukungan, kami ingin membangun sebuah imajinasi tentang desa surga. Jadi kalau di Kementerian Desa ada desa sangat tertinggal, desa tertinggal, desa berkembang, desa maju, dan desa mandiri, kami juga ingin satu bentuk desa yakni desa surga," ucapnya dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2019).
Ia menerangkan, desa surga adalah desa yang semua kebijakannya dilakukan untuk warga desa. Selanjutnya, desa surga adalah desa yang nyaman dihuni sehingga mampu mengurangi angka urbanisasi.
"Jadi mahasiswa yang kuliah ke kota, itu selalu memikirkan desa, dan ketika lulus kuliah dia pulang ke desa," ujarnya.
Terkait realisasi dana desa, pada 2015-2019, menurutnya, telah menunjukkan prestasi yang sangat terukur. Misalnya dengan terbangunnya jalan desa sepanjang 201,899 kilometer, jembatan sepanjang 1.181.659 meter, dan ribuan infrastruktur desa lainnya.
Meski demikian, lanjutnya, terbangunnya infrastruktur dasar desa menimbulkan masalah baru ketika jalan antar desa belum memadai. Padahal, jalan antardesa menjadi penting untuk mempermudah akses lintas desa.
"Memang jalan desa ada yang sudah bagus, sudah merata, sementara lintas desa masih menjadi problem dan perdebatan, misalnya menjadi kewajiban pemerintah kabupaten atau seterusnya, ini harus segera ditangani," kata dia.
Di sisi lain, ia juga meminta perguruan tinggi untuk membantu menyelesaikan permasalahan sumber daya manusia (SDM), terutama di desa-desa tertinggal.
Sebagaimana diketahui bahwa semakin tertinggal sebuah desa maka jumlah dana desa yang diperoleh akan semakin tinggi, sementara sebagian besar SDM di desa tertinggal cenderung lebih rendah.
"Peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan. Masing-masing perguruan tinggi pasti punya jaringan ke desa, punya kaitan dengan pemberdayaan masyarakat dan lain-lain," tandasnya.
(mul/mpr)