Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo diminta untuk segera menyudahi polemik ekspor benih lobster. Permintaan itu langsung dari ekaportir produk perikanan tanah air. Alasannya persoalan sektor kelautan dan perikanan bukan hanya soal ekspor benih lobster.
Edhy sendiri sempat galau karena kebijakan ini, dari awal menjabat dia yakin akan membuka keran ekspor demi mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan negara untuk membenahi tekor transaksi berjalan dan neraca perdagangan.
Namun sikap Edhy berubah ketika melihat dan bertemu langsung para nelayan lobster di Lombok, Nisa Tenggara Barat (NTB). Kegalauan Edhy soal kebijakan ekspor pun harus diluruskan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyebut bahwa kebijakan ekspor benih lobster masih dalam kajian. Berikut selengkapnya:
1. Maju Mundur Ekspor Benih Lobster
Kebijakan itu pun menjadi buah bibir banyak orang, sampai akhirnya Edhy melakukan kunjungan kerja ke kawasan pembudidayaan lobster di Telong Elong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Di sana dirinya berkomunikasi langsung dengan para nelayan sekaligus mendengarkan apa yang diinginkan oleh nelayan.
Salah satu nelayan di Teluk Jukung menolak keras rencana ekspor benih lobster. Sebanyak 413 nelayan pembudi daya lobster Teluk Jukung merasa dirugikan jika keran ekspor dibuka.
"Kita sangat-sangat tidak setuju ada ekspor. Walaupun celahnya hanya 1% itu tidak bisa," kata salah satu nelayan pembudi daya lobster di Teluk Jukung, Abdullah, Kamis (26/12).
Abdullah mengatakan, pembudi daya lobster bisa gulung tikar dengan adanya ekspor benih lobster. Pasalnya, mereka tak punya lagi kesempatan untuk membesarkan lobster dan menjualnya dalam bentuk yang siap konsumsi.
Mendengar aspirasi nelayan dan melihat lokasi budidaya lobster di Lombok, Edhy pun mengaku terkejut karena ada lokasi budidaya yang potensinya besar. awalnya ia tak yakin ada nelayan di Lombok yang mampu membudidayakan benih lobster.
Sehingga, usai menyaksikan keberhasilan budi daya atau pembesaran benih lobster, ia pun mengurungkan niat membuka keran ekspor benih lobster.
Namun selang beberapa jam kemudian, Edhy yang melanjutkan kunjungan kerjanya ke Teluk Ekas, Desa Ekas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, kembali diberikan pertanyaan mengenai kepastian pelarangan ekspor benih lobster.
"Sementara kalau ekspor belum ada. Kita belum ada perlakuan ekspor secara legal. Tidak ada. Jadi untuk aparat-aparat kami di bandara, penegak hukum, baik itu angkatan laut, polisi, Polairud, maupun yang lainnya, termasuk KKP sendiri, dan BKIPM untuk berjaga-jaga tidak boleh dulu ada yang ke luar," kata dia.
Ungkapan Edhy mengenai ekspor benih lobster tinggal cerita pun jadi tanda tanya. Pasalnya, ada nelayan yang mendukung dan banyak juga yang kontra. Pada akhirnya, KKP sendiri membuat pernyataan bahwa keputusan mengenai ekspor benih lobster belum final dan masih dalam kajian.
2. Segera Sudahi Polemik
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo diminta untuk segera menyudahi polemik larangan ekspor benih lobster yang belakangan ini ramai dibahas. Eskportir perikanan Heru Cahyono mengaku banyak masalah besar lainnya di sektor kelautan dan perikanan yang harus segera diurus.
"Ini harus dihentikan, polemik ini harus dihentikan. Problem lobster ini kecil sekali, 1 dari 100 atau ribuan masalah di kelautan. Ada masalah yang lebih besar di kelautan," kata Heru saat dihubungi detikcom, Jakarta, Sabtu (28/12/2019).
Heru menjelaskan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harus tegas mengambil sikap mengenai ekspor benih lobster. Pasalnya, banyak negara yang memberlakukan larangan. Misalnya, Filipina yang kontur geografisnya sama dengan Indonesia pun memberlakukan pelarangan ekspor benih lobster.
Dengan memberlakukan pelarangan, Heru menyampaikan kepada pemerintah untuk menggencarkan budi daya lobster di tanah air. Budi daya yang dimaksud adalah pembesaran dari benih hingga siap dikonsumsi. Pasalnya, lobster tidak bisa dibudi daya seperti pada umumnya yaitu mulai penetasan hingga proses pengawinan. Lobster, dikatakan Heru hany
3. Cuan Tak Hanya Berasal Dari Lobster
Indonesia memiliki produk ekspor perikanan yang lebih mahal dari lobster. Produk ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengumpulkan devisa dalam rangka membenahi tekor transaksi berjalan dan neraca dagang.
Eksportir produk perikanan, Heru Cahyono mengatakan salah satu produk laut yang memiliki potensi besar daripada lobster adalah cumi-cumi dan produk seafood lain yang permintaan dari negara tujuan ekspor masih tinggi.
"Item-item selain lobster andalan kita itu banyak sekali, ada banyak sekali. Seafood kasta tertinggi ada di Indonesia yang tidak ada di negara lain," kata Heru saat dihubungi detikcom, Jakarta, Sabtu (28/12/2019).
Heru menjelaskan salah satu yang berpotensi besar mendatangkan devisa adalah loligo squid yang merupakan cumi-cumi yang permintaannya sangat besar. Meski harganya jauh dibandingkan dengan lobster, namun ketersediaannya yang melimpah di Indonesia menjadi potensi tersendiri bagi pemerintah.
Dia menyebut harga loligo squid bisa mencapai US$ 8 atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan california squid yang hanya dibanderol US$ 1,4.
Tak cuma itu, potensi untuk mendapatkan devisa juga bisa berasal dari ekspor rumput laut. Menurutnya, banyak nelayan di Kanada yang beralih profesi menjadi pembudi daya rumput laut karena permintaan akan produk tersebut sangat tinggi.
Simak Video "Video: Polisi Buru Pemilik Koper Berisi 11 Ribu Benih Lobster di Batam"
[Gambas:Video 20detik]