Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey telah terjadi perubahan pola belanja di tingkat konsumen. Konsumen sudah tidak mau lagi berbelanja dalam jumlah besar.
Roy mengatakan kini masyarakat lebih banyak yang belanja sesuai kebutuhan jangka pendek saja. Kebanyakan itu semua sudah bisa dilakukan di mini market atau bahkan warung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai catatan, selama ini ritel yang tutup adalah berskala besar. Roy juga mengatakan kini masyarakat pun sudah tidak ingin lagi belanja di tempat yang besar, karena cukup repot.
Semua tradisi belanja di toko besar sudah mulai dihindari karena membutuhkan waktu untuk mencari parkir, berputar di toko mencari barang, hingga memindahkan barang dari troli. Sebaliknya masyarakat mau yang praktis cukup ke toko kecil belanja seperlunya.
"Jadi memang ada anomali, perubahan bentuk karena pola belanja masyarakat. Mereka sekarang maunya cepat, praktis, nggak habiskan waktu. Bahkan beberapa dari kita juga mulai berikan fasilitas delivery," ujar Roy.
Maka dari itu menurutnya, banyak toko ritel mulai tutup. Meski begitu, Roy mengatakan usai menutup toko, peritel akan merelokasi dan membangun toko yang lebih kecil untuk efisiensi dan mengikuti pola belanja masyarakat.
"Makanya banyak yang tutup, karena polanya nggak kayak 5-6 tahun lalu. Sekarang kita merelokasi ke tempat lebih kecil dan masih jarang pesaingnya. Kalau dulu bangun hypermarket yang luasnya 5 ribuan meter, sekarang paling toko kecil yang cuma 1.500 atau 2 ribu meter saja," ungkap Roy.
"Barang yang dijual pun cuma yang pasti dicari, kayak bahan pokok beras dan lain-lain," lanjutnya.
Apakah tren ritel berguguran berlanjut tahun ini? >>>
Simak Video "Video Momen DPR Cecar Sri Mulyani: Penghematan Ujung-ujungnya Tambah Utang"
[Gambas:Video 20detik]