Upay (40) salah seorang bandar di Terminal Agrobisnis Cigombong, menjelaskan banjir yang terjadi menjadi yang terparah hingga berdampak pada pendistribusian pasokan ke wilayah tersebut. Sebab, meskipun biasanya banjir, pasokan sayuran tetap normal. Tapi kali ini terjadi penurunan permintaan 30%.
"Biasanya permintaan secara normal dari Jakarta itu bisa mencapai 15 ton per hari dari semua jenis sayuran. Tetapi kali ini turun, dalam sehari maksimal hanya 10 ton, bahkan beberapa hari kemarin kurang dari segitu" ungkap Upay di Terminal Agrobinis Cigombong di Jalan Raya Cipanas, Sabtu (4/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan permintaan itu membuat pemasok mengalami kerugian, sebab pasokan yang datang dari petani tetap normal normal. Untuk beberapa jenis sayuran masih bisa kembali diolah menjadi bibit, tapi tidak sedikit juga yang dimusnahkan karena mudah membusuk jika didiamkan selama satu atau dua hari.
"Bisa dihitung kang, dari harga setiap jenis sayuran, minimal nya lima ton yang tidak berhasil dikirim karena permintaan dari Jakarta menurun, kerugiannya sampai puluhan juta. Yang paling terasa itu di tingkat bandar," tuturnya.
"Kalaupun ada barang atau sayuran yang nggak kejual, paling saya dibuatkan bibit lagi. Atau kalau enggak, ya paling dibuang atau dimusnahkan," tambah Upay.
Hendi Saepul Maladi, pemasok sayuran ke Supermarket di Jabodetabek, mengaku banjir membuat proses pengiriman menjadi terlambat. Bahkan pengiriman tidak bisa dilakukan ke lokasi tertentu yang terdampak banjir parah.
"Sehari lebih dari satu ton sayuran yang dipasok ke supermarket di Jakarta. Ada yang tetap dikirim meski terlambat, ada yang dialihkan ke supermarket lain sebab kalau dipaksakan tidak ada aksesnya. Sedangkan n jika didiamkan lama, takutnya sayuran menjadi busuk. Kami harap bencana di Jakarta dan sekitarnya segera ditangani dan tidak ada lagi bencana," ujar Hendi.
(fdl/fdl)