Hongaria Mau Garap Proyek Bayar Tol Tanpa Setop di RI

Hongaria Mau Garap Proyek Bayar Tol Tanpa Setop di RI

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 23 Jan 2020 11:59 WIB
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Sejak program elektronifikasi di jalan tol dimulai pada 2017 lalu, pemerintah menargetkan bakal segera menerapkan sistem multi lane free flow (MLFF) di jalan bebas hambatan. Dengan sistem MLFF, pengguna tol tak perlu lagi berhenti di gerbang tol untuk menempelkan uang elektroniknya di mesin pembaca.

Lalu, bagaimana kabarnya kini pelaksanaan program tersebut?

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan saat ini telah menerima prakarsa proyek tersebut dari perusahaan asal Hongaria, yakni Roatex Ltd. Zrt. Perusahaan tersebut telah menerima surat persetujuan sebagai pemrakarsa proyek sejak 31 Oktober 2019 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini perusahaan tersebut tengah menyempurnakan studi kelayakan dan penyiapan dokumen badan usaha pelaksana sebelum lelang dibuka pada April 2020 nanti. Sebagai pemrakarsa, Roatex mendapatkan right to match alias hak untuk menyamakan jika ada tawaran yang lebih rendah dari peserta lelang lainnya.

"Sekarang mereka (Roatex) sedang siapkan dokumen untuk ditenderkan. Nanti right to match meski dia pemrakarsa. Kalau ada peserta yang lebih rendah, kalau dia nggak mau turun, yang rendah yang menang," kata Basuki saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2020).

ADVERTISEMENT

Lelang sendiri direncanakan dibuka pada April mendatang. Roatex sendiri menawarkan teknologi GNSS atau Global Navigation Satellite System (GNSS).

GNSS merupakan sistem pembayaran yang menggunakan alat yang dipasang di mobil dan dibaca lewat satelit. Penerapan teknologi ini tanpa perlu memasang infrastruktur, seperti gantry atau juga gerbang tol yang rumit namun memerlukan biaya investasi yang cukup tinggi, baik pada badan usaha maupun pengguna.

Direktur Perumusan Kebijakan dan Evaluasi, Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Herry TZ mengatakan Roatex bisa menekan biaya meski harus menggunakan teknologi GNSS. Hal tersebut pula yang membuat mereka dipilih sebagai pemrakarsa.

"Mereka ada teknologinya bisa lebih murah. Memang kalau RFID butuh gantry di setiap tempat, tapi kalau satelit gantry nya nggak harus di setiap tempat. Sehingga capexnya bisa lebih murah," kata Herry.




(eds/ara)

Hide Ads