Omzet Pernak-pernik Imlek Turun 50%, Pedagang: Karena Hujan, Banjir

Omzet Pernak-pernik Imlek Turun 50%, Pedagang: Karena Hujan, Banjir

Soraya Novika - detikFinance
Sabtu, 25 Jan 2020 19:00 WIB
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Perayaan Imlek di tahun tikus logam tak banyak membawa keberuntungan bagi para pedagang pernak-pernik di Pasar Asemka, Jakarta Barat. Salah satunya seperti yang dialami, Alamsyah (54), pedagang pernak-pernik Imlek di kawasan tersebut.

Ia mengaku omzetnya merosot hingga 50% dari pendapatan tahun-tahun sebelumnya yang rata-ratanya mencapai Rp 50 juta/bulan.

"Menurun sampai 50% tahun ini atau turun sekitar Rp 25 jutaan/bulan," ujar Alamsyah kepada detikcom saat ditemui di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Sabtu (25/1/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Alamsyah penyebab turunnya omzet terjadi bukan karena adanya penjualan online, melainkan karena cuaca yang tak menentu.

"Bukan karena dagangan online sih, itu mah nggak ngaruh, kan orang masih suka liat barangnya langsung. Lebih ngaruh itu karena belakangan hujan terus dan kadang banjir, orang-orang pada enggan berbelanja ke pasar, kan becek dan kotor," katanya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, Alamsyah mengatakan dagangan yang dijualnya sampai saat ini masih tersisa sekitar 40% sejak pertama dijajakan awal bulan lalu.

"Masih banyak sisa, terutama yang shio-shio itu, kalau aksesoris kayak gantungan, kalau kalau enggak habis masih bisa disimpan, tapi kalau yang shio-shio mana bisa, tiap tahun kan shionya ganti-ganti," ungkapnya.

Hal senada juga dikeluhkan oleh pedagang pernak-pernik Imlek lainnya, Wijaya (62). Wijaya mengatakan bahwa kali ini omzet penjualannya turun hingga 20%.

"Ya ada penurunan, biasa bisa terima omset sampai Rp 20 juta/bulan, tahun ini (omzet) turun 20%," ujar Wijaya.

Meski demikian, Wijaya mengaku pernak-pernik di kiosnya nyaris habis. Pasalnya ia tak menjual dalam jumlah banyak.

"Mungkin karena punya saya ini cuma kios kecil jadi ya cepat juga ngabisinnya, lagi pula saya enggak banyak jual yang shio-shio karena kalau enggak habis kan enggak bisa dijual lagi tahun-tahun berikutnya, jadi jual yang paling awet aja barangnya, yang bisa disimpan kalau tidak abis," tuturnya.




(ara/ara)

Hide Ads