Ada Jarak Generasi di Tempat Kerja, Bagaimana Mengatasinya?

Ada Jarak Generasi di Tempat Kerja, Bagaimana Mengatasinya?

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Sabtu, 01 Feb 2020 14:00 WIB
Beautiful young woman with colleagues in the background
Foto: Thinkstock/Ada Jarak Generasi di Tempat Kerja,
Jakarta -

Generasi milenial disebut mendominasi dunia kerja saat ini. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di 2016, jumlah tenaga kerja Milenial mengambil tempat sebanyak 40% dari total tenaga kerja Indonesia atau sekitar 62,5 juta pekerja.

Generasi X menyumbang jumlah terbanyak yakni 69 juta pekerja, dan Baby Boomers dengan total populasi sebanyak 28,7 juta pekerja.

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi perusahaan maupun para pekerja itu sendiri dalam mengatur strategi pengelolaan SDM dan hubungan. Sebab, adanya jarak generasi ini menghadirkan perbedaan cara kerja, cara pandang, hingga cara komunikasi yang tentunya akan berdampak pada operasional bisnis jika tidak diatasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, taktik apa yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mengatasi lingkungan kerja multi generasi? Berikut 4 taktik yang bisa digunakan.

1. Hindari Stereotip Antar Generasi

ADVERTISEMENT

Cara kerja dahulu dan sekarang tentunya sudah mengalami banyak perubahan, maka standar pekerjaan yang dulu diterapkan bisa jadi sudah tidak relevan di masa kini. Hindari pandangan bahwa generasi yang lebih tua selalu lebih tahu dan benar atau generasi muda pasti tidak memahami masalah dibandingkan dengan rekannya yang lebih tua. Penting bagi perusahaan untuk menjembatani gap umur ini, bahwa mengasosiasikan bertambahnya umur dengan bertambahnya pengetahuan tidak serta-merta benar.

2. Coba Lihat Perspektif Setiap Generasi.

Setiap generasi menyikapi sesuai dengan cara yang berbeda, dalam hal ini menjaga komunikasi adalah hal yang krusial. Gaya bahasa yang berbeda dapat menimbulkan banyak kesalahpahaman yang berujung pada penurunan kualitas kerja tim. Beberapa ahli berpendapat bahwa memberikan stimulus-stimulus untuk membangun kerja tim seperti pelatihan, team building, social dan technical event, serta kegiatan CSR dapat menjadi alternatif jalan keluar untuk menengahi gap generasi

3. Ciptakan Ekosistem Kerja Untuk Mengembangkan Potensi Individu.

Membuat rencana pengembangan individu untuk masing-masing karyawan dengan tidak membeda-bedakan generasi penting dilakukan oleh perusahaan. Ciptakan budaya diskusi dan evaluasi, saling mendengar serta memberikan umpan balik yang konstan dan konstruktif. Selain itu juga, dorong karyawan untuk selalu berpikir dalam kerangka yang lebih besar dan kreatif.

4. Adopsi Teknologi.

Setiap generasi memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap perusahaan. Penggunaan teknologi bisa menjadi salah satu jembatan paling efektif untuk memberikan ruang kolaborasi, ekspresi untuk bertanggung jawab dan berkomitmen, serta delivery manfaat karyawan dengan lancar, salah satu contohnya dengan automasi sistem operasional HR melalui software HRIS seperti Talenta.

Fitur yang dimiliki seperti Live Attendance memenuhi ekspektasi generasi milenial yang ingin diberi tanggung jawab dan kebebasan yang sepadan dengan mengatur jam kerja sendiri, sementara fitur Benefit yang mudah diakses bisa memenuhi ekspektasi baby boomers yang menginginkan komitmen dan manfaat yang ditawarkan oleh perusahaan. Melalui teknologi, generasi milenial atau baby boomers akhirnya bisa merasakan manfaat yang sama dan arus informasi ketenagakerjaan pun bisa lebih sistematis dan rapi.




(fdl/fdl)

Hide Ads