Jakarta -
Transportasi online sudah jadi primadona masyarakat Indonesia saat ini. Hal itu membuat banyak orang mengambil kesempatan dengan mengais rezeki dari jadi driver ojek online (Ojol).
Pengemudinya pun terbilang hidup layak. Lima tahun yang lalu driver ojol bisa mengantongi Rp 10 juta/bulan dengan keuntungan bersih. Tapi itu dulu.
Cerita soal kehidupan ojol jadi berita terpopuler sepanjang hari ini. Selain itu, berita soal 'tenggelamnya' lagi underpass Kemayoran dan pencegahan virus Corona juga jadi yang terpopuler hari ini.
Simak selengkapnya.
Kenangan Masa Jaya Driver Ojol
Transportasi online sudah jadi primadona masyarakat Indonesia saat ini. Hal itu membuat banyak orang mengambil kesempatan dengan mengais rezeki dari jadi driver ojek online (Ojol).
Seperti Maryanto (54) pengemudi Gojek, setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai driver di salah satu perusahaan, sejak 5 tahun yang lalu ia langsung memilih driver ojol sebagai pekerjaan tetap.
"(Driver ojol) pekerjaan pokok saya dari 2015, karena saya begitu pensiun terus langsung daftar (driver ojol)," kata Maryanto ketika ditemui detikcom di daerah Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2020).
Pendapatan jadi driver ojol bisa dibilang sangat fantastis. Maryanto bisa pegang uang Rp 500 ribu/hari. Jika ditotal dalam sebulan, pendapatannya bisa sampai dua digit yaitu Rp 10 juta/bulan dengan keuntungan bersih.
"Kalau benar-benar gila nariknya bisa nggak pulang sampai tengah malem itu Rp 500 ribu (per hari). Dipukul rata saja sehari Rp 300 bersih. Dipotong buat bensin, makan, minum, anggaplah sehari Rp 300 bersih. Sebulan tuh Rp 9-10 juta dapat," terangnya.
Laju Rupiah di 100 Hari Jokowi
Nilai tukar rupiah sejak Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf hingga setelah 100 hari bekerja menunjukkan pergerakan cukup positif. Mata uang Garuda mampu menguat dari level Rp 14.000-an lebih per US$ hingga mampu bertahan di level Rp 13.600-an per US$.
Pada 21 Oktober 2019 atau 1 hari setelah Jokowi-Ma'ruf dilantik, dolar AS berada di level Rp 14.078. Sejak saat itu rupiah cenderung terus menguat.
Memasuki November 2019, rupiah semakin mendominasi dolar AS. Pada 5 November 2019 dolar AS sudah berada di level Rp 13.968.
Selama November 2019 pergerakan nilai tukar tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Dolar AS berkutat di kisaran level RP 14.000-an.
BI mencatat pada November 2019, rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi 0,42%, meskipun secara point to point mengalami depresiasi 0,41% dibandingkan dengan level akhir Oktober 2019.
Penguatan rupiah mulai terlihat sejak Desember 2019. Dolar AS mulai kembali meninggalkan level Rp 14.000-an pada 13 Desember 2019 atau tepatnya menyentuh level Rp 13.985.
Tepat di hari terakhir 2019 rupiah mencatatkan penguatan paling tinggi sepanjang 2019. Saat itu nilai tukar rupiah berada di level Rp 13.901 per dolar AS. Angka ini merupakan yang paling kuat sepanjang tahun ini jika dibandingkan sejak 2 Januari 2019.
Gagal Bayar Jiwasraya Makin Gede
Anggota DPR Komisi VI Fraksi Demokrat Herman Khaeron menyebut bahwa gagal bayar yang dialami Asuransi Jiwasraya makin naik nilainya. Herman menyebut kenaikannya sudah menjadi Rp 16 triliun dari awalnya hanya Rp 14 triliun.
Awalnya dia mengomentari soal strategi Kementerian BUMN untuk mencicil gagal bayar Jiwasraya sebanyak Rp 2 triliun, dia berpesan agar pembayaran ini jangan berhenti di tengah jalan. Kemudian dia menyebut ada kenaikan nilai gagal bayar pada kasus Jiwasraya.
"Yang terpenting bahwa solusi ini bukan jarak pendek kalau hanya Rp 2 triliun hanya bayar kewajiban saja. Yang terjadi (gagal bayar) itu ada kenaikan dari November 2019 ke Januari 2020. Yang awalnya kita siapkan Rp 14 triliun sekarang Rp 16 triliun," ungkap Herman di sela diskusi bertajuk 'SBY Bicara Jiwasraya, Baper', di bilangan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (2/2/2020).
Analisa Kementerian PUPR soal 'Tenggelamnya' Underpass Kemayoran
Underpass Kemayoran lagi-lagi mengalami banjir hari ini. Kali ini diperkirakan ketinggian air mencapai 4 meter.
Kementerian PUPR mengaku akan melakukan review ulang desain underpass Kemayoran. Upaya itu termasuk untuk mengecek sistem drainase.
"Ada review design. Termasuk bagaimana drainasenya. Jadi bukan cuma melihat underpass-nya saja, tapi semua lingkungannya termasuk sistem drainase di sekitarnya," kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja kepada detikcom, Minggu (2/2/2020).
Baca juga: Underpass Kemayoran Banjir Lagi, Kementerian PUPR Kirim Pompa Air
Endra menjelaskan, Kementerian PUPR akan melakukan review ulang underpass tersebut lantaran desain kawasan Kemayoran juga telah berubah secara keseluruhan. Kawasan penyerapan air juga sudah berkurang.
"Kawasan Kemayoran kan sudah berubah. Sementara itu (underpass) infrastruktur lama. Tutupan lahan makin rapat. Artinya yang tadinya air hujan bisa masuk tanah, mengalir ke sungai atau masuk waduk terdekat, ada waduk Pluit di situ, sekarang nggak bisa lagi," terangnya.