Ekonomi China Goyah Imbas Corona, RI Bisa Kena Getahnya

Ekonomi China Goyah Imbas Corona, RI Bisa Kena Getahnya

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2020 14:55 WIB
WUHAN, CHINA - JANUARY 31:  (CHINA OUT) A man wears a protective mask as he ride a bicycle across the Yangtze River Bridge on January 31, 2020 in Wuhan, China.  World Health Organization (WHO) Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus said on January 30 that the novel coronavirus outbreak has become a Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).  (Photo by Stringer/Getty Images)
Imbas virus Corona, kota Wuhan sepi/Foto: Getty Images
Jakarta - Mari Elka Pangestu, Direktur Pelaksana Bank Dunia terpilih memprediksi dampak virus corona terhadap perekonomian. Menurutnya, virus corona ini berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi China sebesar 2%.

Dalam hal ini, ia menengok kembali ke 2002-2003 saat virus SARS menyerang negeri Tirai Bambu itu.

"Apa pengaruh SARS terhadap pertumbuhan ekonomi China dari 11% turun menjadi 10%. Secara year on year turun 1%. Corona jika lebih buruk turunnya bisa 2%, sehingga pertumbuhan ekonomi China di tahun ini jadi 4-5%," kata Mari Elka dalam Mandiri Investment Forum 2020, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (5/2/2020).


Meski SARS berlangsung lebih lama, sedangkan virus corona baru merebak di Januari, tapi wabahnya meluas ke 28 negara sehingga tekanannya bisa lebih besar.

"Kalau pola SARS selesai 8 bulan. Cuma penyebarannya (corona virus) lebih besar ke 28 negara," kata mantan Menteri Perdagangan itu.

Mengacu pada kondisi China tersebut, Mari kemudian membeberkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Apa arti kondisi ini bagi Indonesia? Kalau 1% penurunan China artinya penurunan 0,3% di Indonesia," terang.


Menurut Mari, dampak virus corona ini sudah terasa di sektor pariwisata yang punya kontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar 4%. Jika sektor transportasi juga kena imbasnya maka angka tersebut akan meningkat.

"Kelihatannya dampak yang sudah terasa itu kan ke pariwisata. Walaupun pariwisata dari persentase ke PDB kan tidak besar. Dia sekitar 4% kalau hanya tourism, tapi kalau transportasi masuk itu kayaknya sekitar 7-8%," kata Mari.


(hns/hns)

Hide Ads