Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Wisnu Handoko mengatakan program tol laut diharapkan akan memberikan prioritas kepada pengusaha kecil. Nantinya, para pengusaha kecil ini bisa berkembang dan membangun kompetisi dengan Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) lainnya.
Dengan adanya tol laut, Wisnu juga berharap akan mendorong adanya kompetisi (market share) dengan melibatkan banyak pelaku usaha, biaya bundling kirim kontainer yang dibuat transparan, harga jual Bahan Pokok Penting (Bapokting) di tingkat supplier dibuat transparan dan harga jual Bapokting tertinggi pelaku usaha di wilayah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan (3TP) lebih mudah dikontrol.
"Selain itu, booking container (ruang muat) berbasis first book first serve proporsional untuk mengantisipasi monopoli, data base consignee, shipper/JPT, supplier, cargo manifest yang akan diminta secara detail dengan mekanisme registrasi, booking kontainer dan penyampaian informasi akan dilakukan secara digital/online dan terkoneksi transportasi antarmoda dari first mile sampai dengan last mile," jelas Wisnu dalam keterangan tertulis, Kamis (13/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wisnu menceritakan, sebelum adanya tol laut terdapat 11 (sebelas) kendala kinerja logistik di antaranya perdagangan Bapokting di 3TP yang didominasi pelaku usaha tertentu (natural monopoli) dan memiliki armada kapal atau jaringan pelayaran sendiri. Selain itu, mereka juga didukung aset, modal toko dan gudang bapokting pelaku usaha tertentu. Kemudian masalah consignee, pelaku usaha 3TP menggunakan JPT tertentu (natural monopoli), biaya bundling kirim kontainer belum transparan dan harga jual bapokting ditingkat supplier belum transparan.
"Selain itu terdapat juga harga jual bapokting di tingkat pelaku usaha 3TP sulit dikendalikan, booking kontainer (ruang muat) berbasis first book first serve, database consignee, shipper/JPT, supplier, cargo manifest belum terdata dengan detail, booking kontainer dan penyampaian informasi dilakukan secara manual dan belum terkoneksi antar moda," ujarnya.
![]() |
Hal itu ia sampaikan saat menjadi salah satu narasumber pada acara Sosialisasi Registrasi Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) Anggota Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) Jawa Timur dalam Bisnis Tol Laut. Wisnu Handoko yang bertindak sebagai salah satu narasumber pada acara sosialisasi tersebut menjelaskan kepada anggota ALFI Jawa timur (Jatim) tentang 'Sinergi manfaatkan Program Tol Laut Melalui Transparansi Biaya dan Kesempatan Berusaha'.
Seperti diketahui bahwa Kemenhub dan PT Telkom tengah mengembangkan Sistem Informasi Muatan dan Ruang Kapal berupa Logistic Communication System (LCS) yang memfasilitasi proses bisnis pemesanan, pengiriman kontainer, Transparansi standarisasi biaya logistik dan Disparitas harga bapokting.
"Melalui ekosistem logistik dan digitalisasi bisnis proses pada program tol laut logistik diharapkan dapat terjadi perubahan proses bisnis menjadi lebih baik, cepat dan murah hingga efektif dan efisien untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," pungkas Wisnu Handoko.
(akn/hns)