Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 diperkirakan tidak sebaik tahun sebelumnya sebesar 5,07%. Hal itu lantaran selama 3 bulan pertama tahun ini ekonomi RI ikut 'terpapar' virus corona.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Periode 2013-2014 Chatib Basri. Dia melihat kondisi ini mirip dengan kejadian hebohnya virus SARS yang muncul di akhir 2002 dan heboh di 2003.
"Yang bisa dilakukan adalah melihat pola sama ketika SARS. Kita tidak tahu corona sampai kapan beres dan seberapa jauh, yang kita bisa lihat adalah dari kejadian SARS. Lalu kemudian implikasi ke Indonesia seperti apa," tuturnya di Gedung Pakarti, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelaskan, di 2003 pertumbuhan ekonomi China turun menjadi 9% dari tahun sebelumnya 11%. Saat itu kondisinya hampir mirip dengan saat ini, aktivitas perdagangan di China berhenti.
"Itu mirip dengan kasus sekarang, aktivitas perdagangan berhenti, semua orang tidak traveling dan sebagainya. Tapi di kuartal II itu naik menjadi 10% dan kuartal III dan kuartal IV stabil. Jadi whole year pertumbuhan ekonomi China karena SARS itu (turun) sekitar 1%," terangnya.
Sementara itu jika dilihat dari sensitivitas ekonomi Indonesia, menurut Chatib, setiap 1% penurunan pertumbuhan ekonomi China akan berdampak sekitar 0,1-0,3% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika pertumbuhan ekonomi China benar turun 1% dia perkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 sebesar 4,7-4,9%.
"Jadi jika China turun 1% pertumbuhan ekonominya, kita bisa turun kisaran 0,1-0,3%. Jika 2019 di 5% ini bisa di bawah, 4,7-4,9% kira-kira kalau sama pola sama seperti SARS," tambahnya.
Oleh karena itu, Chatib mengingatkan bahwa perlu dilakukan mitigasi. Sektor yang perlu diselamatkan adalah perdagangan, lantaran perdagangan global akan terdampak dari berhentinya aktivitas perdagangan di China, begitu juga dengan sektor pariwisata.
"Ekspor kita akan mulai melambat, impor karena barang yang aktivitasnya terganggu. Akhirnya barangnya tidak di sini harganya naik. Jika barang modal maka produksi akan terganggu sehingga akan berefek ke growth. Turis wisman tidak ke sini dan aktivitas yang terkait itu," ujarnya.
(das/ara)