Produsen kereta asal Prancis, Alstom menjalankan strategi untuk melawan ancaman dari China. Cara yang ditempuh ialah mengakuisisi bisnis kereta Bombardier.
Mengutip CNN, Selasa (18/2/2020), Alstom menyatakan telah meneken perjanjian untuk akuisisi bisnis kereta api Bombardier dengan nilai antara β¬ 5,8 miliar ($ 6,3 miliar) hingga β¬ 6,2 miliar ($ 6,7 miliar) atau setara Rp 85,68 triliun hingga Rp 91,12 triliun. Akuisisi ini akan dibayar melalui campuran uang tunai dan saham.
Aksi korporasi ini akan meningkatkan jangkauan global Alstom dan kemampuannya untuk melayani permintaan yang meningkat, khususnya di Eropa. Sementara, Bombardier menyatakan kesepakatan itu akan membuat perusahaan fokus pada bisnis penerbangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan itu merupakan upaya kedua Alstom untuk menciptakan perusahaan kereta api Eropa yang dapat bersaing dengan China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC), pemasok peralatan kereta api terbesar di dunia.
Tahun lalu, regulator Uni Eropa memblokir kesepakatan untuk menggabungkan bisnis manufaktur kereta api dari Alstom dan saingannya dari Jerman Siemens. Lantaran, ada kekhawatiran menyebabkan harga yang lebih tinggi untuk sistem pensinyalan dan kereta kecepatan tinggi generasi berikutnya.
Proposal itu menarik pembanding Airbus yang berakar pada konsolidasi beberapa produsen pesawat Eropa pada tahun 1970-an. Sebuah struktur yang membantunya bersaing dengan saingan AS Boeing.
Perusahaan-perusahaan kereta api berpendapat kekuatan gabungan diperlukan untuk mengatasi meningkatnya persaingan dari perusahaan-perusahaan non-Eropa.
CRRC kini merupakan saingan utama. Perusahaan kereta api milik negara itu melaporkan pendapatan hampir β¬ 21 miliar ($ 23 miliar) pada tahun 2018. Sementara, gabungan unit kereta Alstom dan Bombardier β¬ 15,3 miliar ($ 16,6 miliar) menurut SCI Verkehr konsultan strategi yang fokus pada industri kereta api dan logistik.