Pak Bahlil, Target Peringkat Kemudahan Berusaha Jokowi Tak Bisa Ditawar

Pak Bahlil, Target Peringkat Kemudahan Berusaha Jokowi Tak Bisa Ditawar

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 21 Feb 2020 07:46 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Foto: Andhika/detikcom)
Foto: Andhika Prasetya/detikcom
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyatakan ketidakpuasannya terhadap peringkat kemudahan berusaha Indonesia atau ease of doing business (EoDB) saat ini di 73. Dia ingin agar peringkat RI naik ke posisi 40.

Untuk mencapai target tersebut ada sederet pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah. Ada beberapa hal yang akan menjadi fokus terutama memperbaiki indikator yang peringkatnya masih di atas 100. Seperti peringkat dalam memulai usaha atau starting business RI yang masih di peringkat 140.

Selain itu indikator dealing with construction permit atau izin konstruksi Indonesia juga masih di posisi 110. Registering property izin bangunan juga masih diposisi 106. Begitu juga dengan rangking trading across border atau perdagangan antar negara yang stagnan di posisi 116.

Tak hanya itu, Jokowi juga meminta para menterinya untuk fokus memperbaiki dua indikator yang peringkatnya sudah di bawah 100 tapi justru mengalami penurunan peringkat. Seperti indikator kemudahan memperoleh pembiayaan atau getting credit yang peringkatnya dari 44 justru ke 48.

Jokowi juga minta agar indikator penangan kepailitan (resolving insolvency) diperbaiki. Sebab posisi Indonesia di indikator itu memburuk dari 36 ke posisi 38.

Target ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mencoba nego dengan Jokowi dengan sedikit menurunkan target.

Hal itu diungkapkan Jokowi langsung saat membuka Rakornas Investasi 2020 dengan tema Investasi Untuk Indonesia Maju di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (20/2/2020).

"Rangking 73 itu masih rangking nanggung. Saya minta di bawah 40. Tadi Pak Bahlil ngomong 50. Enak aja, 50. Di bawah 40 itu baru," tegasnya.

Jokowi tak puas dengan posisi Indonesia saat ini lantaran masih kalah dengan negara-negara tetangga. Di ASEAN saja Indonesia berada di peringkat ke-6.

"Kita kalah dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei. Kita menangnya hanya dengan Laos, dengan Kamboja, menang. Sebetulnya bisa dibenahi banyak dan barangnya kelihatan. Saya sudah diperlihatkan oleh BKPM, problem di mana saja. Artinya Vietnam Brunei Malaysia bisa kalah dari kita. Apa saja yang perlu dibenahi, secara detail akan disampaikan menteri," tuturnya.



Perbaikan Investasi Jadi Obat Ekonomi RI dari Virus Corona

Jokowi mengakui bahwa saat ini kondisi perekonomian tengah dalam tekanan. Banyak kejadian yang memberikan pengaruh terhadap roda ekonomi.

"Iya memang sekarang ini ekonomi global pada posisi yang kurang baik. Kita tahu ada penyebab perang dagang kemudian virus corona dan juga di kawasan-kawasan yang lain juga sama kondisinya tidak mendukung untuk tumbuhnya ekonomi global untuk naik ke yang lebih baik," tuturnya di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (20/2/2020).

Virus Corona sendiri sudah melumpuhkan aktivitas perdagangan di China. Sementara Indonesia menjalin hubungan dagang dengan China. Alhasil aktivitas perdagangan RI juga bisa terganggu

"Karena pasarnya semuanya turun nggak mungkin kita ingin menaikkan ekspor itu nggak mungkin. Karena pasarnya juga turun. Oleh sebab itu satu-satunya jalan untuk meningkatkan mendorong pertumbuhan ekonomi hanya satu investasi," ujarnya.

Namun Jokowi masih yakin ekonomi Indonesia masih bisa diselamatkan. Dia pastikan target tersebut masih masuk akal, sekalipun dalam keadaan seperti saat ini. Asalkan investasi bisa didorong dengan target Rp 900 triliun.

"Masuk akal kalau target investasi yang kita berikan kepada BKPM tercapai yaitu Rp 900 triliun," ucapnya.




(das/ang)

Hide Ads