.webp)
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo melangsungkan kunjungan kerja ke beberapa wilayah di Australia, mulai dari Hobart di Tasmania, lanjut ke Melbourne hingga ke Sydney.
Beberapa kesepakatan kerja sama sudah dilakukan selama Edhy dan delegasi bekerja di Negeri Kanguru. Yang paling terkini adalah kerja sama dengan Universitas Wollongong yang penandatanganannya dilakukan di Wisma Indonesia, Sydney.
Setelah berkeliling Australia, Edhy merasa Indonesia perlu punya atase perikanan. Selama ini Indonesia sudah punya atase perdagangan dan atase militer yang menempel di kedutaan besar Indonesia di luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kan baru upaya, walaupun tidak ada, tapi kita sudah beri kepercayaan ke duta besar Indonesia di luar negeri yang mewakili pemerintah Indonesia. Saya mengusulkan seandainya ini (atase perikanan) bisa, bagus kan? Secara spesifik dan jadi lebih mudah untuk kejar langsung," jelas Edhy, Minggu (1/3/2020).
Atase perikanan tersebut, lanjut Edhy, untuk tahan awal tidak akan ditempatkan di semua negara, tapi di daerah-daerah prioritas yang menjadi tujuan ekspor hasil laut Indonesia.
"Tentunya kita prioritaskan daerah-daerah mana yang tujuan ekspor langsung produk perikanan kita. Tidak hanya masalah ekspor, tapi juga masalah lobi internasional," katanya.
Ia mengatakan, saat ini masih banyak negara yang memberlakukan bea masuk tinggi untuk produk laut Indonesia. Hal ini yang seharusnya nanti bisa diatasi oleh atase perikanan tersebut.
"Seperti Eropa, produk olahan perikanan kita masih kena tarif (bea) cukup tinggi. Di Amerika (Serikat/AS) juga sama, bahkan ada ada produk kita yang sampai sekarang belum boleh masuk wilayah tersebut.
"Ini menjadi PR yang tidak ringan, tapi saya yakin dengan komunikasi antara kita dengan kementerian luar negeri, apalagi kalau diberikan kesempatan ada atase perikanan kita di masing-masing kedutaan. Ya tidak usah banyak lah, mana yang prioritas saya pikir akan sangat membantu," ucapnya.
 |
(ang/das)
