Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan ekspor non migas dalam RPJMN 2020-204 tumbuh 5,2-9,8%. Menurut Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga, salah satu cara mengejar target tersebut di tengah bermacam tekanan global yakni melalui perjanjian dan misi dagang.
"Oleh karena itu kita memiliki target. Dalam setahun ini kita sudah selesai Australia. Lalu nanti Turki, Tunisia, Uni Eropa, dan mungkin EFTA yang dalam waktu dekat, ini sudah memasuki proses. Nah itu dalam rangka untuk meningkatkan arus trading, yang nanti kegiatan ekspor dan lain-lain tidak akan terganggu," kata Jerry dalam Rapat Kerja Kemendag di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Lalu, bagaimana dengan kabar Indonesia yang sudah terjangkit virus corona? Apakah negara-negara tersebut tak mundur dalam proses penyelesaian perjanjian dagang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir tidak ada. Kan kalau kita lihat list negara ini kan yang sudah terindikasi, terkena corona COVID-19 itu kan tidak satu-dua negara, banyak negaranya. Tapi apakah mereka stop melakukan trading? Tidak. Semua tetap trading seperti biasa," tegas Jerry.
Bahkan, Jerry menurut, pertemuannya dengan Komisioner Perdagangan Uni Eropa Phil Hogan berjalan mulus. Hal itu ia lakukan beberapa waktu lalu sebagai proses penyelesaian perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agrement (I-EU CEPA).
"Buktinya saya melakukan perundingan EU-CEPA tetap jalan. Bahkan saya baru kembali dari Brussels. Baru 2 minggu yang lalu, bertemu dengan Komisioner UE Phil Hogan, shake hand, cipika-cipiki tidak masalah," tutur dia.
Meski Indonesia dinyatakan positif corona baru sekitar 2 hari yang lalu, menurutnya pertemuan Jerry dengan Phil Hogan mendatang tetap sesuai jadwal. Begitu pula dengan atase perdagangan negara lain.
"Ya mungkin bulan depan. Bulan depan ini akan banyak perundingan-perundingan yang akan kita selesaikan. Salah satunya Tunisia, EU-CEPA, an Turki yang mungkin 2-3 bulan lagi. Selain itu Amerika Latin," sebut dia.
Jerry kembali menegaskan, penyebaran virus corona ini tak menghentikan langkah pemerintah menekan perjanjian dagang internasional.
"Boleh dilihat datanya, dibandingkan Jepang, dibandingkan China, bahkan negara-negara Eropa seperti Italia yang ada beberapa kota yang close down. Kita terindikasi iya, hati-hati iya, preventif iya, menjaga iya, treatment juga iya. Tetapi perdagangan juga iya," urainya.
Ia menilai, perjanjian dagang ini penting salah satunya untuk memenuhi kebutuhan Indonesia atas komoditas atau produk tertentu.
"Karena aktivitas perdagangan itu kan untuk memenuhi kebutuhan publik. Tidak hanya pelaku usaha saja tapi juga masyarakat. Dampaknya kan cukup strategis untuk kebutuhan masyarakat secara umum," pungkas Jerry.
(fdl/fdl)