China Diserang Corona, Kesempatan Produk RI Berkompetisi

China Diserang Corona, Kesempatan Produk RI Berkompetisi

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 04 Mar 2020 22:50 WIB
Chatib Basri resmi menjabat orang nomor satu di Kementrian Keuangan usai serah terima jabatan (sertijab) dari Pt Menkeu Hatta Rajasa, di Gedung Kemenku, Jakarta, Selasa (22/5/2013).  File/detikFoto.
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Dampak virus corona sudah merembet kemana-mana, tak terkecuali pada sektor perekonomian. Virus yang datang dari China ini telah membuat perekonomian negara tirai bambu melambat.

Dengan predikat negara besar, perekonomian global pun ikut terdampak. Namun, ada kesempatan dalam kesempitan bagi Indonesia dalam memanfaatkan momen ini.

Menurut ekonom senior Chatib Basri, selama ini China menjadi negara penyuplai berbagai kebutuhan industri. Termasuk di Indonesia, beberapa barang setengah jadi banyak yang diimpor dari China. Menurutnya, dengan melemahnya China bisa menjadi kesempatan bagi produk lokal untuk berkompetisi.

"Jadi kita harus mencari subtitusi impor, bisa mencari dari negara lain. Atau menjadi opportunities bagi produk lokal, selama ini kan produk kita kurang compete dengan barang dari China," kata Chatib, di Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (4/3/2020).

Bukan cuma itu, menurutnya kemungkinan akan banyak perusahaan yang merelokasi pabriknya karena kondisi China yang kurang kondusif. Dia berkaca pada kejadian banjir besar di Thailand, menurutnya saat itu pabrik Toyota di sana sangat terpukul produksinya imbas banjir.

Maka dari itu, Chatib yang saat itu menjadi Kepala BKPM menawarkan Toyota untuk membuka pabrik di Indonesia. Gayung bersambut, Toyota pun membuka pabrik di Indonesia.

"2011-2012 banjir di Thailand, Toyota production based-nya saat itu adalah Thailand. Dia disrupsi, Toyota produksinya terganggu, saya lihat dari kasus itu, perusahaan besar nggak bisa mengandalkan satu negara sebagai production based. Saya yang masih kepala BKPM menawarkan Toyota ke sini, dan akhirnya buka di sini," papar Chatib.

"Maka Toyota ke sini. Bukan karena hebat, tapi dia realistis nggak boleh satu negara saja production based-nya," lanjutnya.


Bisa saja kejadian seperti ini berulang di Indonesia, menurutnya dengan kondisi China saat ini perusahaan tidak bisa mengandalkan produksi di China. Maka ada kesempatan relokasi pabrik ke Indonesia.

"Ini nggak bisa semua product base di China maka dia akan diversifikasi. Akhirnya, ada ruang production network masuk sini," kata Chatib.

Namun dia mengatakan selama ini memang cukup sulit untuk melakukan investasi di Indonesia. Untuk itu dia berharap usaha pemerintah memudahkan investasi lewat RUU omnibus law Cipta Kerja bisa segera terlaksana.

"Tapi ini semua bisa terlaksana, kalau omnibus law jalan. Memang selama ini cukup sulit investasi di sini, maka diharapkan bisa lebih mudah," sebut Chatib.


(dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads