Hati-hati! Jangan Sembarangan Buka Link soal Corona 

Hati-hati! Jangan Sembarangan Buka Link soal Corona 

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 13 Mar 2020 10:07 WIB
Ilustrasi Laptop
Ilustrasi/Foto: Gettyimages
Jakarta -

Virus corona yang sudah menyebar ke berbagai negara menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran masyarakat. Namun celah ketakutan ini justru dimanfaatkan oleh para penjahat dunia maya untuk mengambil keuntungan.

Para penjahat ini memanfaatkan ketakutan publik dengan cara masuk ke e-mail, media sosial, dan akun bank. Ahli memperingatkan, banyak peretas yang berusaha mengirimkan email dengan menawarkan informasi lengkap terkait corona.

Namun surat elektronik tersebut hanya kedok yang digunakan untuk mendapatkan data-data pribadi masyarakat, termasuk kata sandi. FireEye menjelaskan dari surat elektronik yang dikirimkan hampir seluruhnya disusupi malware untuk 'membajak' komputer calon korban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami lihat pelaku memiliki motif untuk mengeruk keuntungan dengan melakukan phising. Tema corona yang penyebarannya terus meningkat biasanya digunakan di email penipuan itu," ujar FireEye dikutip dari CNN, Jumat (13/3/2020).

Manajer Senior FireEye Ben Read mengungkapkan memang kerap terjadi peretas memanfaatkan isu-isu yang sedang berkembang untuk meraup keuntungan. "Ini taktik yang biasa digunakan oleh mereka," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Surat elektronik saat ini merupakan media komunikasi yang sangat penting, baik di pemerintahan, swasta hingga sekolah terkait penyebaran dan pembaruan informasi terkini tentang corona.

"Biasanya dalam email ada pencegahan, pembaruan informasi hingga akhirnya peretas meniru pesan-pesan tersebut," imbuh dia.

Menurut dia, pesan palsu yang ada dalam surat elektronik jebakan itu berisi ajakan untuk mengklik informasi corona "Covid 10, hal-hal yang perlu anda ketahui".

Dia menyarankan, agar masyarakat tetap berhati-hati dan waspada sebelum mengklik tautan yang ada di email. Hal ini untuk meminimalisir pencurian data.

"Jika anda mendapatkan email dari WHO, harus berhati-hati. Apalagi jika sebelumnya anda tidak pernah mendapatkan informasi tersebut. Cek kembali," jelas dia.




(kil/ara)

Hide Ads