Ekonom Rizal Ramli menilai pemerintah terlambat dalam merespons virus corona (Covid-19) yang kini sudah terlanjur menyebar di Indonesia. Padahal kasus pertama terjadi sejak akhir 2019 di Wuhan, China. Tapi pemerintah dinilai enggan menyikapi hal tersebut.
"Pada awal corona, respons Indonesia sangat lambat dan terlambat. Padahal di Wuhan telah terjadi akhir tahun 2019. Kelambatan tersebut terutama karena 'sungkan' takut menyinggung Tiongkok," kata pria yang akrab disapa RR melalui pernyataan tertulis, Kamis (19/3/2020).
Mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian era Presiden Abdurahman Wahid itu juga menilai pemerintah memilih sikap self-denial atau menolak kenyataan. Alhasil Indonesia kehilangan 2,5 bulan untuk mengantisipasi wabah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kehilangan waktu yang sangat berharga, 2,5 bulan, untuk scanning, monitoring dan testing potensi penularan corona. Itulah yang menyebabkan negara-negara lain seperti Australia, Singapura, WHO tidak percaya pada statistik kasus corona di Indonesia," jelasnya.
Bahkan, dirinya menganggap respons kebijakan pertama pemerintah terhadap corona sangat ngawur, ketika hendak membiayai influencer senilai Rp 72 miliar dan mensubsidi tiket pesawat untuk meningkatkan wisatawan. Padahal di saat yang sama, seluruh dunia mulai memilih untuk mengurangi turis asing.
Eks Menteri Koordinator bidang Kemaritiman itu juga menyoroti sikap pemerintah yang tetap mengizinkan tenaga kerja asing (TKA) asal Negeri Tirai Bambu masuk ke Indonesia, di tengah mewabahnya virus corona.
"Masih saja izinkan pekerja-pekerja Tiongkok untuk masuk Indonesia hanya karena kepentingan bisnis pejabat-cum-penguasa," tambahnya.
(toy/eds)