Ekonom: Ada Kelaparan Massal Kalau Lockdown Tidak Disiapkan Matang

Ekonom: Ada Kelaparan Massal Kalau Lockdown Tidak Disiapkan Matang

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 19 Mar 2020 15:20 WIB
Media nasional China melaporkan sedikitnya 51 pasien virus corona telah dinyatakan sembuh. Hal itu membuat Wuhan perlahan bangkit.
Wuhan/Foto: Stringer/Getty Images
Jakarta -

Opsi lockdown ramai diperbincangkan seiring melonjaknya pasien positif virus corona di Indonesia. Sudah ada 227 orang yang terjangkit virus ini.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira mengatakan bahwa pemerintah jangan buru-buru melakukan lockdown alias isolasi wilayah. Pasalnya, lockdown bisa saja memicu kelaparan.

"Bukan hanya kita menghadapi wabah corona, tapi juga wabah kelaparan massal apabila lockdown tidak disiapkan matang," ungkap Bhima kepada detikcom, Kamis (19/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan bahkan di Wuhan, China pun banyak orang yang tersiksa karena lockdown. Dia mengatakan banyak pekerja yang putus asa dan akhirnya keluar rumah untuk mencari makanan karena takut anaknya kelaparan sementara pasokan pangan sudah menipis.

"Belajar dari kasus lockdown di Wuhan, banyak pekerja yang nyaris putus asa dan akhirnya memberanikan diri keluar rumah karena khawatir anaknya kelaparan," tutur Bhima.

ADVERTISEMENT

Bagi orang Wuhan, menurut Bhima, mereka tak takut lagi corona. Mereka lebih khawatir kelaparan dan tak bisa bayar utang di tengah lockdown.

"Mereka tidak takut corona, mereka takut kelaparan dan tidak bisa bayar utang," pungkas Bhima.

Daripada lockdown, menurutnya banyak hal yang bisa dilakukan pemerintah. Mulai dari mendorong kebijakan social distancing, hingga melacak penyebaran virus dengan teknologi Artificial Intelligence (AI).

"Masih banyak alternatif yang bisa dilakukan pemerintah meniru Korsel, Jepang atau Singapura. Misalnya mendorong social distancing, tracing suspect dengan teknologi AI," kata Bhima.

Pemerintah juga harus segera menyiapkan pembangunan rumah sakit darurat. Lalu stok farmasi dan obat-obatan harus dijaga.

"Pemerintah juga harus membangun banyak RS darurat yang baru, serta menjaga stok farmasi dan obat-obatan tetap stabil," jelas Bhima.




(ara/ara)

Hide Ads