Melansir CNN pada Selasa (31/3/2020) EasyJet akan mengandangkan seluruh armadanya yang berjumlah sekitar 334 pesawat di seluruh Eropa. Pembatasan perjalanan udara di seluruh wilayah Eropa menjadi alasan berhentinya operasi EasyJet.
Armada EasyJet sendiri terakhir beroperasi pada hari Minggu lalu, menerbangkan 650 pesawat dalam misi memulangkan 45 ribu pelanggan ke Eropa dari seluruh dunia. Pihak maskapai mengatakan kemungkinan masih ada lagi penerbangan semacam ini yang akan dilakukan lewat kerja sama dengan otoritas setempat.
EasyJet sendiri secara normal bisa mengoperasikan sekitar 2 ribu penerbangan sehari. Ada lebih dari seribu rute yang diterbangi ke 36 negara, sebagian besar di Eropa.
"Pada tahap ini tidak ada kepastian tanggal untuk memulai kembali penerbangan komersial," kata perwakilan perusahaan.
Setidaknya, ada 4 ribu awak kabin maskapai ini yang akan dicutikan sementara selama dua bulan mulai 1 April besok. Mereka juga akan dibayar dengan 80% total upah bulanan, upah itu pun dibayarkan lewat bantuan pemerintah. Setidaknya, EasyJet mempekerjakan 9.000 orang di Inggris.
Beberapa kebijakan lockdown dan larangan terbang di sebagian besar dunia sebenarnya telah menghantam industri penerbangan. Hal ini membuat banyak maskapai penerbangan berisiko mengalami kebangkrutan kecuali pemerintah memberikan dana talangan.
Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA), maskapai di Eropa dapat kehilangan pendapatan hingga US$ 76 miliar. Hal ini karena berkurangnya penumpang hingga 50% dibanding tahun lalu.
Maskapai Inggris lainnya, Loganair, berencana untuk menyurati pemerintah untuk memberikan bantuan dana kepada perusahaan. CEO Loganair Jonathan Hinkles berharap semua maskapai juga mengikuti langkah pihaknya untuk meminta bantuan.
"Pemerintah telah menjelaskan bahwa itu terbuka untuk permintaan dukungan dari masing-masing maskapai dan sementara Loganair belum menerima undangan ini," kata Hinkles.
(dna/dna)