Hotel Dijadikan RS Corona, Risikonya Sudah Diperhitungkan?

Hotel Dijadikan RS Corona, Risikonya Sudah Diperhitungkan?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 01 Apr 2020 17:45 WIB
Corona
Foto: Ilustrator: Fuad Hasim
Jakarta - Salah satu hotel di Kota Bandung, Jawa Barat tengah disiapkan sebagai rumah sakit (RS) alternatif rujukan pasien Corona (COVID-19). Menanggapi rencana itu, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menilai rencana itu tak sesuai dengan konsep bangunan hotel.

"Tapi konsep hotel itu kan tidak sama dengan RS. Contoh, hotel itu punya wall to wall carpet, nah ini bagaimana terhadap penyebaran virus? Kalau RS kan nggak ada yang pakai karpet seperti itu. Lalu sistem ventilasi sangat jauh berbeda. Ini kan sesuatu yang riskan," kata Maulana kepada detikcom, Rabu (1/4/2020).

Meski PHRI tak akan melarang keputusan masing-masing hotel yang bersedia mengalihkan fungsinya tersebut, namun menurutnya hotel tersebut menanggung risiko yang besar.

"Karena ini masalah virus, itu yang mesti dipikirkan. Tapi kalau ada yang mau melakukan itu ya silakan saja. Makanya PHRI tidak terlibat jauh untuk urusan itu, kan itu masalah CSR masing-masing perusahaan," ujar Maulana.


Menurut keterangannya, pengalihan fungsi hotel jadi RS corona ini diusulkan sebagai salah satu cara mengurangi PHK di sektor tersebut karena penurunan okupansi yang drastis saat ini. Namun, ia menilai pengalihan fungsi ini tak mudah dilakukan.

"Katanya itu nanti akan mengurangi PHK. Tapi ini kan beda konsep. Mereka mintanya kita membuat suatu MoU untuk pengalihan fungsi. Yang namanya pengalihan fungsi itu kan urusan properti owner dengan mereka. Itu tidak mudah dilakukan, secara legal nggak mudah juga," tegas dia.

Ia meminta, pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) fokus dengan upaya penyelamatan industri pariwisata dari gempuran corona.

"Sebenarnya pariwisata itu tupoksinya beda dengan BNPB. Jadi tolong di-clear-kan dulu. Bahwa kita sektor pariwisata dalam kondisi seperti ini kan nggak bisa, karena ada social distancing dan sebagainya. Harus stay di rumah, pergerakan dibatasi, jadi jangan dilihat dari ada hotel-hotel yang dibayar menjadi tempat paramedis. Jangan itu dong poinnya. Poinnya adalah bagaimana sektor pariwisata ini, pekerjanya, atau industrinya bisa menyelesaikan masalahnya," urainya.

"Sehingga ketika recovery itu nggak semua terlalu berat. Khususnya karyawan yang utama. Jadi kalau pun mereka buat Satgas atau apa, fokusnya ke sana yang kita harapkan. Jadi bukan tempat yang lain," sambung Maulana.




(hns/hns)

Hide Ads