Bertahan Hidup di Kala Corona, Restoran Berubah Jadi Toko Kelontong

Bertahan Hidup di Kala Corona, Restoran Berubah Jadi Toko Kelontong

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 09 Apr 2020 16:16 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta - Pandemi Corona (COVID-19) telah berdampak signifikan terhadap sektor industri di dunia. Dampak ini dirasakan pada sektor bisnis restoran.

Pemerintah di beberapa wilayah telah mengimbau masyarakatnya untuk tidak banyak di luar rumah dan tidak diperbolehkan makan di restoran. Karena hal itu memicu perkumpulan orang yang dikhawatirkan menambah penyebaran COVID-19.

Kini banyak restoran dan kafe di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pelanggan bahkan ada yang terpaksa ditutup. Hal ini mengakibatkan pasokan bahan makanan menumpuk.

Kini restoran dan kafe di AS memutuskan untuk mulai menjual bahan-bahan makanan mereka dasarnya restoran bertransformasi menjadi toko kelontong.

Melansir dari CNN, Kamis (9/4/2020), transformasi restoran menjadi toko kelontong juga dirasakan oleh penyanyi Anthony Strong yang memiliki restoran di San Francisco. Untuk mempertahankan bisnisnya, Strong mulai menjual bahan makanan di restorannya.

Strong mengungkapkan, menjadikan restorannya menjadi toko kelotong menambah layanan supermarket dan membantu mengurangi kepadatan di supermarket.

Kafe di Easton, Tucker Silk Mill juga bertransformasi menjadi toko kelontong. Pemilik kafe, Jason Hoy menerapkan penjualan bahan makanan secara online.

Pemilik Jaxon Beer Garden, Kevin Lillis meluncurkan layanan grosir dan berencana untuk menjual tas dengan harga rata-rata sekitar US$ 60 setara Rp 900.000 (kurs 16.200) per buah. Setiap kantong diisi dengan enam telur, mentega, keju cheddar, kacang polong, roti gandum, ketumbar, kangkung, kentang, lemon, limau, bacon, ayam dan banyak lagi.

"Itu adalah hal-hal yang kami pikir paling dibutuhkan orang," kata Lillis.

Lebih dari 30 lokasi restoran Denny di Oregon dan California sekarang menjual bahan makanan seperti keju, roti, daging mentah dan deli dan buah-buahan dan sayuran segar dan beku yang dijual di tempat parkir mereka. Pelanggan dapat memesan secara online atau menggunakan layanan drive thru.

Menjual bahan makanan juga merupakan cara untuk membantu pemasok restoran, yang kini banyak kehilangan pelanggan karena banyak restoran yang tutup.

Koki dan pemilik restoran, Fabio Trabocchi, mengatakan pemasoknya mangalami penurunan permintaan ketika penyedia layanan makanan berangsur tutup.

Toko kelontong yang merupakan transformasi dari restoran dapat menjadi solusi dari masalah kekurangan bahan makanan dan kepadatan konsumen yang dihadapi supermarket

Operasi toko kelontong dadakan berkembang setiap hari. Beberapa restoran selalu menambah fasilitas untuk mendukung toko kelontognya. Seperti, restoran Tucker Sill Mill di Pennsylvania telah memesan lemari es baru dan memasang rak untuk bisnis bahan makanannya.


(dna/dna)

Hide Ads